Kabupaten Malang masih mendapati anak usia sekolah jenjang pendidikan dasar yang tidak atau kesulitan terlayani pendidikannya. Ini terutama terjadi di wilayah pedalaman dan daerah yang memang kesulitan akses pendidikan.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Malang Ir Budi Iswoyo MM mengungkapkan, meski angka partisipasi kasar (APK) siswa SD sudah sangat tinggi, yakni mencapai 113 persen, namun angka APM masih perlu ditingkatkan. Lulusan SD, katanya, tidak otomatis bisa melanjutkan ke SMP. Sebab lainnya, masih banyaknya siswa SMP yang dropout sekolah.
“Tahun ini, kami akan genjot APM dikdas atau pun menengah. Salah satunya, Dindik mengusulkan program layanan rakyat bidang pendidikan, atau disingkat program Layar Bidik,” kata Budi.
Program Layar Bidik ini, katanya, akan mempermudah akses layanan pendidikan terutama kepada masyarakat yang sulit terlayani pendidikannya. Yakni, menyelenggarakan SMP terbuka online untuk lebih menjangkau wilayah pinggiran. Sistem pembelajarannya melalui Vidio-conference.
Budi mencontohkan, program ini akan menjangkau pendidikan masyarakat yang ada di Dusun Licin, di kecamatan Ampelgading. Dimana, untuk bisa mendapatkan layanan pendidikan, anak warga harus menempuh jarak 6-14 kilometer.
Selain perluasan akses layanan pendidikan dasar bagi masyarakat daerah pinggiran, Dindik juga tetap memiliki program prioritas. Pada 2016, Dindik juga tetap memfokuskan pada peningakatan sarpras pendidikan melalui DAK (Dana Alokasi Khusus) Pendidikan.
“Sarpras sekolah tetap prioritas. Tahun ini tetap harus selesikan gedung sekolah yang butuh perhatian. Prioritas sekolah sasarannya, masih akan dipertegas dari hasil musrenbang Kabupaten Malang,” tandasnya.
Dikatakan Budi, sementara program fisik yang sudah ditetapkan adalah DAK Pendidikan bagi SD dengan nilai anggaran Rp 10 miliar lebih. Program ini diperuntukkan bagi rehab gedung sekolah yang rusak. Nilai pagu anggarannya rata-rata Rp 45 juta untuk rehab sedang dan ringan, sementara rusak berat pagunya bisa mencapai minimal Rp 90 juta.