Puasa, Lebih Islami dengan Kaligrafi dan Lukis Henna

Berpuasa adalah untuk meraih ketaqwaan tertinggi, pada diri setiap yang menjalankannya. Selama berpuasa ramadan, tentu semua berharap bisa dijalani untuk keseharian lebih baik.

Di luar tujuan hakiki itu, momen puasa ramadan juga bisa dihiasi dengan hal-hal baik, lebih indah. Setidaknya, dengan menghadirkan nuansa Islami di rumah, atau pun dalam penampilan kita.

Jika kita punya lebih banyak waktu luang, maka tidak ada salahnya Ramadan kali ini diisi dengan kebaikan, juga hal-hal positif. Salah satunya, menghiasi rumah ataupun kantor dengan kaligrafi.

Kaligrafi adalah seni khat (huruf Arab) yang ditulis dengan indah dengan pena sebagai hiasan. Namun, dalam perkembangannya kaligrafi juga bisa menjadi karya seni yang bisa dilukis di atas bermacam media. Seperti, kayu, dinding bangunan, kaca, ataupun lempeng seng atau tembaga.

Belajar kaligrafi mungkin tidak sulit, namun memang butuh ketelatenan tingkat tinggi. Keindahan kaligrafi salah satunya terletak pada kerapian setiap khat yang ditulis, juga keterpaduannya hingga membentuk satu lafadz berbahasa Arab.

Untuk kaligrafi yang lebih lengkap, bahkan bisa diambil dari tuntutan doa ataupun amalan. Sebagian, juga merupakan replikasi ayat atau surat yang tentunya punya kandungan arti dan makna tersendiri.

Nah, mengisi waktu luang selama puasa ini, belajar kaligrafi bisa jadi pilihan. Bahkan, bisa juga menjadi alternatif pengganti kegiatan lain yang tak bisa dilakukan. Ya, daripada keluar ngabuburit tak jelas atau hanya kumpul-kumpul tak bermanfaat.

Jika kita lebih kreatif, kaligrafi yang dibuat kini bisa diberi sentuhan kreasi yang lebih cantik. Seperti, menambahkan bingkai unik, atau ornamen lampu di baliknya. Tinggal cari contohnya di internet, pasti banyak pilihan ide-idenya.

Masih ada lagi, keindahan Islami yang bisa dicoba di sela menjalankan ibadah puasa kita. Bagi kaum hawa, tidak ada salahnya mencoba lukisan henna.

Henna adalah seni melukis bagian tubuh di bagian tangan dan kaki. Tradisi ini awalnya banyak berkembang di Timur Tengah dan Asia Selatan, dan dilakukan menggunakan tumbukan daun pohon Henna. Bubuk ini juga dikenal sebagai bubuk atau pewarna pacar.

Eits, jangan khawatir soal mudharatnya. Atau bahkan, dosa atau tidaknya. Henna memang bisa dikategorikan sebagai tato, karena dilukis di bagian tubuh.

Akan tetapi, hiasan henna tidak sama dengan tato. Tato dilukis permanen, karena catnya ditanamkan atau disuntikkan masuk ke dalam pori kulit. Sebaliknya, henna hanya dipermukaan kulit.

Dalam Islam, tato maupun henna ini tergolong perkara (muammalah) mubah atau boleh dilakukan. (Bisa dibaca di muslimah.or.id)

Dalam tradisi Arab sendiri, henna juga sebagai penanda yang membedakan sebagai perempuan.

Sementara, tato dianjurkan untuk ditinggalkan atau bisa menjadi makruh, sekiranya jika ada efek negatif yang bisa ditimbulkan. Seperti, mengesankan sosok sangar atau justru jadi kecenderungan berperangai seperti kriminal. [Choirul Amin]

Sebarkan berita:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *