MALANG – Karakter dan pemaknaan Profil Pelajar Pancasila coba diwujudkan dalam penampilan kreasi siswa di Auditorium SMAN 1 Gondanglegi, Senin (31/10/2022).
Dalam acara pagelaran bertajuk Panen Karya Penguatan Profil Pelajar Pancasila Tema 1 Bhinneka Tunggal Ika ini, ditampilkan setidaknya 10 (sepuluh) penampilan dalam kelompok oleh siswa-siswi kelas X SMAN 1 setempat.
Dari penampilan karya yang disuguhkan, ada kreasi mulai tarian tradisional, sendratari hingga drama kolosal dan moderen.
Sendratari Rama-Sinta misalnya, ditampilkan perwakilan Kelas X-4, yang membawa pesan moral, bahwa perbedaan bukan penghalang terjalinnya persatuan.
Penampilan lainnya, adalah drama kolosal dari Kelas X-7, yang mengangkat kisah adanya perbedaan di Tanah Singosari. Drama juga ditampilkan Kelas X-5, dengan cerita ‘Desa mawa Cara, Negara mawa Tata.’
Karya pertunjukan drama moderen seperti halnya yang ditampilkan pelajar dari Kelas X-6. Drama ini mengisahkan perdebatan dua kelompok siswa, pada atraksi seni yang akan ditampilkan di acara sekolah. Sempat ada saling ejek dan bersitegang. Lalu, akhirnya disepakati jalan tengah.
Dalam drama ini, dimunculkan pesan saling menghargai dan menghormati perbedaan, juga keragaman karena khazanah budaya yang dimiliki. Dan, ini sesuai pesan kebhinekaan Pancasila.
Waka Kesiswaan SMAN 1 Gondanglegi, Arif Gunawan mengungkapkan, penguatan Profil Pelajar Pancasila ini menjadi proyek dalam pembelajaran, yang harus dikreasi oleh siswa ke dalam produk-produk karya tematik.
“Tema karya Profil Pelajar Pancasila ini adalah yang ke-1, tentang Bhinneka Tunggal Ika. Dalam satu tahun ajaran direncanakan ada 5 tema berbeda-beda,” terang Arif Gunawan, Senin (31/10/2022) siang.
Setiap kegiatan panen karya oleh siswa, lanjutnya, akan dilakukan evaluasi. Karena, menurutnya tugas kreasi yang harus ditampilkan sebisa mungkin sesuai kebutuhan dan minat yang dimiliki siswa.
“Semua produk karya memang harus ditampilkan atau dipamerkan. Temanya bisa berbeda sesuai kemauan dan minat siswa, karena tetap harus bisa diwujudkan dengan enjoy dan tidak terpaksa,” demikian Arif. (*)
Penulis: Choirul Amin