inspirasicendekia.com, MALANG – Konsep dasar penjumlahan dan pengurangan memang masih kerap menjadi masalah dalam pembelajaran matematika di SD. Vitiarti MPd (51), guru SDN 2 Kalisongo Dau Kabupaten Malang, punya cara agar pembelajaran matematika tetap mudah mudah dan diminati siswa.
Salah satu cara yang dilakukan Vitiarti, adalah memanfaatkan bekas kardus kue dan caping gunung untuk dijadikan media pembelajaran. Tak hanya kreatif, media ini juga ada beberapa keunggulan inovatif yang dimiliki.
Media ajar yang dibuatnya diberi nama media ‘Gantas Bilat’, singkatan dari Gantungan Tugas Bilangan Bulat, dan Capung (Caping Gunung). Hal yang dijadikan dasar motivasinya dalam membuat media, menurutnya karena kerap mendapati kesulitan siswa memahami penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
Vitiarti mengungkapkan, medianya ini pun terbukti cukup efektif meningkatkan pemahaman siswa pada matematika. Menurutnya, siswa lebih antusias mengikuti pelajaran, hingga mampu membuat sendiri soal latihan untuk dipecahkan bersama-sama.
“Mengajar matematika memang perlu banyak inovasi, terutama dalam menggunakan media pembelajaran. (Konsep) matematika itu kan abstrak, jadi harus dikonkritkan dulu melalui penggunaan media ajar,” kata Vitiarti, Selasa (14/1).
Menariknya, pembuatan karya media berikut pemanfaatannya dilakukannya dengan learning by doing. Ia juga mengajak siswa terlibat langsung, dalam membuat medianya, memahami konsep, hingga menerapkannya pada soal latihan.
Karya medianya ini pun mendapatkan penghargaan sebagai juara 1 dalam Lomba Inovasi Pembelajaran (Inobel) 2019 jenjang SD oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Malang. Ditetapkan sebagai yang terbaik, Vitiarti pun termotivasi menyempurnakan karya medianya dalam lomba Inobel tingkat nasional yang diselenggarakan Kemendikbud 2020 ini.
“Karya media ini termasuk hasil penelitian penemuan. Saya akan siapkan untuk Inobel nasional mendatang, termasuk video best-practice penerapannya saat pembelajaran,” tekad lulusan S2 Pendidikan Dasar Universitas Negeri Malang ini.
Selama menjadi guru, Vitiarti mengaku sudah banyak karya ilmiah pengembangan profesi yang dibuatnya selama ini. Dua karya media ini bahkan sudah dirintisnya sejak beberapa tahun silam. Ia berpikir, membuat media menjadi tuntutan yang harus dilakukan guru untuk pengembangan profesi dan kompetensinya.
Vitiarti sendiri diangkat menjadi guru sejak 1993 silam, dengan kualifikasi D2-PGSD. Pertama kali ia mengajar di sebuah SDN kecil di Kabupaten Pamekasan. Hingga, ia terus termotivasi menyelesaikan S2 Dikdas dengan biaya dari beasiswa P2TK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Segenap prestasi pernah diraihnya, seperti juara 2 Guru Prestasi Kabupaten Malang (2016), menjadi finalis Simposium Guru Nasional (2015), hingga juara 3 Anugerah Konstitusi Provinsi dan berlanjut juara Harapan 1 Anugerah Konstitusi Nasional Kementerian Pendidikan (2016). [min]