Inspirasicendekia.com – Dalam perhelatan Festival Kabupaten/Kota Layak Anak di Jakarta tahun 2015 lalu, Amir Zuhdi, seorang dokter ahli ilmu otak dari Neuroscience menjelaskan bahwa ketika orangtua membentak, anak akan merasa ketakutan. Ketika muncul rasa takut, produksi hormon kortisol di otak meningkat.
“Otak itu bekerja bukan hanya secara struktural, melainkan ada listriknya, ada hormonalnya. Ketika anak belajar neuronnya menyambung, berdekatan, antar-neuron semakin lama semakin kuat, sistem hormonal juga bekerja,” imbuhnya.
Ia juga menambahkan bahwa, meningkatnya hormon kortisol pada seorang anak akan memutuskan sambungan neuron atau sel-sel di otak. Selain itu, akan terjadi percepatan kematian neuron atau apoptosis. Lalu, apa akibatnya jika neuron terganggu?
Mengutip kompas.com, banyak hal yang bisa terjadi ketika neuron seorang anak terganggu, seperti proses berpikir anak menjadi terganggu, sulit mengambil keputusan, anak tidak bisa menerima informasi dengan baik, tidak bisa membuat perencanaan, hingga akhirnya tidak memiliki kepercayaan diri.
“Neuron ini kan isinya file-file. Kalau dalam jumlah banyak (kematian neuron), dia jadi lelet,” kata Amir.
Amir menjelaskan, bagian otak anak yang pertama kali tumbuh adalah bagian otak yang berkaitan dengan emosi. Dalam bagian itu, paling besar adalah wilayah emosi takut. Itulah mengapa saat anak-anak akan mudah merasa takut.
Memarahi anak dengan cara membentak-bentak atau berteriak justru berdampak buruk pada perkembangan otak anak. Semakin sering dibentak dengan keras dan membuat anak takut, semakin tinggi pula kerusakan pada neuron. Menurut Amir, orangtua juga harus bisa mengelola emosi. Ketika anak berbuat salah, katakan salah dengan memberi pengertian tanpa membentak-bentak. [*/luq]