Begitu kurang lebih penjelasan Asmaal Husna (Sifat-sifat Tuhan) ke-99, Ya Shobuuru, dalam bahasa Jawa yang coba diuraikan oleh Moch. Munir (81). Ya, dzikir Asmaul Husna kerab kita dengar dalam doa-doa orang muslim usai menjalankan kewajiban salat. Sebagian kita memang sudah paham betul kandungan arti 99 Asmaul Husna. Akan tetapi, apakah kandungan makna ini benar-benar bisa dipahami dalam bahasa Jawa?
Sepertinya, bahasa Jawa memang sudah melekat pada sosok dan keseharian Mbah Munir. Mungkin, pemaknaan niai-nilai agama itu akan lebih mengena jika disampaikan dalam bahasa Jawa, yang notabene banyak menjadi bahasa keseharian kalangan masyarakat yang tinggal di pedesaan. Selain itu, menggunakan bahasa Jawa dalam komunikasi adalah wujud nguri-nguri budaya untuk melestarikan warisan budaya.
Mbah Munir sendiri adalah pensiunan kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang sejak 1991 silam. Sebelumnya, ia adalah guru agama di sebuah MI yang ada di daerah Tumpang.
Melestarikan bahasa Jawa sendiri karena Mbah Munir sudah akrab dengan aktivitas atau komunitas yang terkait budaya. Mbah Munir adalah aktivis dan pengurus PWRI Kabupaten Malang. Kini, sehari-harinya ia menikmati masa pensiun dan tinggal di kediamannya di Jl Sido Utomo, Ngadilangkung, Kepanjen.
Dalam tulisan pemaknaan Asmaul Husna berbahasa Jawa ini, Mbah Munir tetap mencantumpkan sumber surat dan ayat Al-quran yang memperjelas Sifat-sifat Allah tersebut. Satu Sifat, ada setidaknya 1-2 surat yang mendasari penjelasan, dan terkadang ada lebih dari 2 ayat pada setiap surat yang menjadi rujukan. Di akhir tulisannya, tak lupa Mbah Munir menuliskan sanjak Jawa dengan judul Tombo Ati. (rul)