Foto: Rangkaian festival desa dan ritual budaya Desa Sengguruh.
EMPAT penari terlihat begitu rancak menampilkan tari Gandrung di atas hamparan karpet merah di Taman Topeng Desa Sengguruh Kepanjen, Kabupaten Malang, Sabtu (20/11/2021) malam. Saat itu, aman topeng ini menjadi panggung terbuka penampilan sendratari tarian tradisional yang mereka suguhkan.
Sebelum penampilan tari tradisional Gandrung ini, ditampilkan tari Topeng yang dibawakan penari tunggal. Setelah pagelaran sendratari ini, juga ditampilkan atraksi pencak silat tradisional Perguruan Pagar Nusa dari belasan pesilat asal padepokan desa setempat.
Pertunjukan sendratari ini meramaikan Festival Desa dan Ritual Budaya Desa Sengguruh, dan menjadi hiburan istimewa bagi sejumlah tamu penting dan warga setempat. Tampak hadir dalam pagelaran budaya saat Festival Desa ini, jajaran Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) Jawa Timur, yang didampingi Sekdakab Malang, Ketua Komisi III DPRD, dan jajaran OPD terkait.
Dalam sambutannya, Kepala DPMD Provinsi Jawa Timur, Sukaryo SH MM mengungkapkan, festival adat dan budaya penting untuk dilakukan, agar kearifan lokal tetap bisa membentengi kearifan lokal dan kesinambungan sosial dari masa ke masa.
Menurutnya, di Jatim memang belum didapati keberadaan Desa Adat, namun hanya berupa Lembaga Desa Adat (LDA). Ditegaskan, pemerintah provinsi bersedia mensupport bagi keberadaan lembaga Desa Adat untuk eksis dan bisa berkontribusi merawat sekaligus memajukan keadataan budaya yang ada di desa-desa.
“Nilai solidaritas, dan kepekaan sosial terhadap lingkungan sekitar kita harus selalu dirawat dengan melestarikan adat budaya yang dimiliki. Karena, perkembangan teknologi, bisa memicu inidvidulisme dan hubungan antarsesama manusia menjadi jauh,” ucap Sukaryo, Sabtu (20/11) malam.
Ia juga sangat mengapresiasi atas kekayaan budaya yang dimiliki masyarakat Kabupaten Malang.
“Kabupaten Malang itu luar biasa, di banyak even kegiatan (festival seni-budaya) selalu masuk nominasi. Karena itu pula, kami buka akses permohonan (pemajuan adat budaya) kepada Provinsi Jatim,” tegasnya.
Melalui sambutan yang dibacakan Sekdakab Malang, Wahyu Hidayat, Bupati Malang menyatakan menyambut baik dan mengapresiasi kegiatan festival desa Sengguruh ini. Menurutnya, ini menunjukkan antusias pemerintah desa dan tokoh masyarakat dalam membina kebersamaan warga masyarakatnya .
“Budaya tetap perlu mendapatkan sentuhan kreatif, agar tetap bertahan di tengah gempuran budaya asing. Adat budaya jangan dinodai. Masyarakat berbudaya itu memiliki tingkah laku dan berakal budi luhur seperti yang diwariskan para leluhur,” tegas Bupati Sanusi.
Bagi masyarakat Desa Sengguruh sendiri, digelarnya festival desa dan ritual budaya ini sangat penting dan menjadikan makna tersendiri. Selain merawat nilai-nilai kearifan lokal warisan leluhur, festival desa dan budaya ini bisa dijadikan momen yang bisa mendorong semangat baru memajukan budaya dan nilai sosial di tengah-tengah masyarakatnya.
“Tujuannya, nilai-nilai kearifan lokal adat budaya yang kami punyai tetap terawat. Namun, dari festival desa ini kami juga berharap akan juga tergali adat budaya dan kearifan lokal baru yang bisa menambah khazanah budaya desa,” demikian Kepala Desa Sengguruh, Jamburi.
Mulai sore hari, juga digelar kirab Jolen (gunungan yang disusun dari hasil bumi dan pertanian) dan ritual napak tilas pada leluhur. Tiga Jolen ditandu dan diarak dari tiga RW desa setempat, dan rombongan kirab sempat singgah sementara di makam petilasan tokoh jaman Kepanjian.
Rombongan kirab ritual Jolen juga sempat melakukan ritual doa sejenak di makam punden leluhur desa Sengguruh, Ki Endang Mulyosari. Sementara, jolen lainnya juga dibawa ke DAS Metro dan Kali Lesti.
Pada Jumat (19/11/2021) malam, rangkaian Festival desa ini juga dilangsungkan dengan digelarnya sarasehan beda sejarah Desa Sengguruh. Sarasehan ini menghadirkan sejarawan UM, Dwi Cahyono, dan budayawan yang menjadi narasumber berbagai acara festival budaya yang digelar Pemprov Jatim. (choirul amien)