inspirasicendekia.com, MALANG – Sejumlah 25 guru TK, SD dan SMP mengikuti Lomba Karya Inovasi Pembelajaran (Inobel) di Aula Panji Dinas Pendidikan Kabupaten Malang, Senin (02/11). Kegiatan ini menyusul penilaian substantif makalah inovasi pembelajaran guru tahap sebelumnya.
Kasi Penilik dan Pengawas Dinas Pendidikan Kabupaten Malang, Sujarwo mengatakan, ini adalah seleksi tahap dua, dimana para guru peserta dinilai saat mempresentasikan karya inovasi yang dilakukan.
Presentasi peserta lomba Inobel dibagi dua tempat, yakni diikuti guru TK dan SD, dan guru SMP. Setiap presentasi peserta, dinilai dan diberi balikan langsung tiga orang juri. Pemaparan tiap peserta selama 10 menit dan pertanyaan juri 5 menit, dan harus ada kesesuaian paparan dengan naskah karya ilmiahnya.
Salah satu juri TK/SD, Titik Purwanti menjelaskan, terdapat lima aspek dengan masing-masing lima indikator dalam penilaian presentasi ini. Aspek-aspek yang dinilai adalah penguasaan materi, keterampilan pemaparan, kreatifitas penyajian, sikap, dan kemampuan beragumentasi.
“Dalam penguasaan materi misalnya, mencakup isu yang diangkat aktual atau tidak, didukung teori, lalu ada pendukungan bukti empirisnya,” jelasnya.
Untuk keterampilan memaparkan, lanjut Titik, indikatornya meliputi kejelasan, keruntutuan, kelancaran, menarik dan pengelolaab waktu. Sementara sikap dalam presentasi yang dinilai meliputi keterbukaan menerima masukan, kepercayaan diri, kelugasan dalam menggunakan bahasa, dan kewajaran dalam penampilan.
Dari hasil presentasi ini, nantinya diambil tiga penyaji terbaik dari tiap jenjang, TK, SD, dan SMP. Tiga terbaik tiap jenjang akan dinilai langsung praktik mengajar dengan inovasinya di sekolah masing-masing.
Guru SD Negeri 1 Sidodadi Ngantang, Melia Fitriani, menampilkan inovasi pembelajarannya berupa Metode Rainbow Balls Throwing. Metode ini menggambarkan permainan lempar bola dalam proses pembelajaran.
“Jadi kita sediakan bola warna-warni, dan dilemparkan bola-bola tersebut ke siswa. Para siswa yang mendapat bola sama wajib membentuk grup untuk membuat rangkaian seri atau rangkaian paralel,” jelasnya.
Lain halnya, Rinda Candra Puspita dari TK Restu PGRI 03 Pujon, menampilkan inovasi pembelajarannya berupa Jus Alpabet Ayang (Anak Tersayang). Dengan melibatkan anak membuat jus buah, katanya, anak menjadi tertarik belajar buah.
“Latar belakang metode ini karena pembelajaran pengenalan buah-buahan masih monoton menggunakan gambar, mewarnai, dan mengerjakan puzzle. Di inovasi saya ini siswa bisa menyentuh, membuat jus buah dan mengetahui manfaat dari mengkonsumsi buah,” paparnya. [ss/rul]