Inspirasicendekia.com, MALANG – Pelaksanaan PPDB SMA/SMK se Jawa Timur jalur zonasi resmi ditutup Jumat, 21 Juni 2019, pukul 23.59 WIB. PPDB secara online ini sempat dihentikan sementara dan ditambah satu hari.
Bagaimana hasilnya? Sejumlah fakta didapati terkait hasil PPDB jalur zonasi tahun ini. Kesimpulannya, memang terjadi pemerataan kesempatan bagi semua calon siswa. Tetapi, tetap juga terjadi kesenjangan peminat antarsekolah. Berikut fakta-faktanya:
#1 Pilihan 1 dan 2 Tak Efektif
Pada pembagian zonasi dalam PPDB 2019, dua pilihan sekolah yang ditentukan masih timpang. Sejumlah SMAN di Kabupaten Malang misalnya, Pilihan 2 tidak banyak diminati. Tetapi, di sekolah lain, justru didapati lebih banyak Pilihan 2 yang diinginkan pendaftar.
Di SMAN 1 Kepanjen misalnya, dalam statistik pemeringkatan peminat PPDB, didapati pendaftar memilih SMAN 1 sebagai pilihan 1 sebanyak 563 pendaftar. Sedangkan, yang memilih sebagai pilihan 2 hanya 50 pendaftar.
Sebaliknya, SMAN 1 Gondanglegi yang masih satu zona dengan SMAN 1 Kepanjen, diminati sebagi pilihan 1 oleh 205 pendaftar. Sementara, peminat pilihan 2 yang mendaftar di SMAN 1 Gondanglegi cukup banyak, sejumlah 178 pendaftar.
Fakta lain menunjukkan, pendaftar yang diterima jalur zonasi di SMAN 1 Kepanjen, tercatat juga ada dalam pilihan 2 di SMAN 1 Sumberpucung. Padahal, SMAN ini ditentukan dalam Zona 5 dan menjadi zona irisan dengan SMAN 1 Kepanjen.
Yang dialami SMAN 1 Turen bahkan lebih mengherankan lagi. Meski sebagai pilihan 1, pendaftar dari wilayah kecamatan Tirtoyudo dan Ampelgading dalam zona yang sama, banyak yang diterima di SMAN 1 Dampit, yang memang jaraknya lebih dekat.
Bisa disimpulkan, sistem online dalam PPDB SMA, pilihan 2 tidak terlalu diperhitungkan, dan lebih melihat kedekatan jarak (zonasi) domisili dengan sekolah yang diminati pendaftar. Aplikasi zonasi sepertinya sudah diset menerima radius jarak dan mengakses sesuai google map.
#2 Peminat antar SMAN Timpang
PPDB SMA 2019 dilakukan dalam jaringan dan mensyaratkan PIN (personal identity number) calon pendaftar. Faktanya, masih didapati ketimpangan antarsekolah terkait jumlah peminatnya.
Hingga pendaftaran hari terakhir, Kamis (20/5/2019) sampai pukul 12.40 WIB, tercatat pendaftar yang sudah mengambil PIN sejumlah 697 pendaftar dan yang melakukan pendaftaran hingga Jumat (21/5/2019) siang sejumlah 563 siswa. Padahal daya tampung jalur zonadi di SMAN 1 ini hanya 408 siswa.
Lain halnya di SMAN 1 Gondanglegi, calon pendaftar yang mengambil PIN dan yang sudah daftar secara online sejumlah 260 pendaftar. Jumlah pendaftar ini masih jauh dibanding pagu yang ditentukan, yakni 396 siswa baru.
Kondisi serupa juga terjadi di SMAN 1 Bantur. Tercatat, sejumlah 58 pendaftar memilih SMAN 1 ini sebagai pilihan 1, serta hanya 9 pendaftar untuk pilihan 2. Padahal daya tampung SMAN 1 Bantur ditetapkan 144 siswa.
“Benar. Di wilayah Kabupaten Malang yang pinggiran, SMK lebih diminati dibanding SMAN sekalipun,” demikian kepala SMAN 1 Bantur, Hastini Ratna Dewi MPd.
Dalam PPDB jalur zonasi tahun ini, SMAN 1 Bantur sendiri ditetapkan dalam Zona 7, satu dengan SMAN 1 Pagak, yang mencakup wilayah kecamatan Bantur, Gedangan, Pagelaran, Pagak, Donomulyo dan Kalipare.
#3 NUN Sangat Rendah, Why Not!
Seperti diprediksi sebelumnya, semua SMAN akan menerima calon siswa domisili terdekat dengan sekolah. Nilai ujian nasional (NUN) hanya diakomodir sebanyak 20 persen dari pagu siswa baru yang akan diterima.
Di SMAN 1 Kepanjen, didapati pendaftar yang diterima pada peringkat nomor 1 jalur zonasi dengan domisili terdekat berjarak 63 meter. Sementara, domisili paling jauh berjarak 1,99 kilometer.
Faktanya, pendaftar dengan pemeringkatan zonasi terdekat ini memiliki total NUN hanya 142,50. Sehari sebelumnya, sempat didapati domisili pendaftar terdekat 196 meter dengan NUN 177,50.
Bandingkan dengan 82 pendaftar jalur NUN yang diterima di SMAN 1 Kepanjen. Yakni, tertinggi 393,50 dan terendah 312,50. Tercatat, pada PPDB dua tahun sebelumnya, NUN terendah siswa baru yang diterima 293.
Fakta ini, mau tak mau harus diterima dan disikapi oleh guru. Dengan input siswa yang memiliki capaian nilai akademik bahkan sangat rendah, guru pun seyogyanya lebih tepat mensikapinya.
“Layanan pembelajaran guru harus lebih telaten dan pandai-pandai memberikan perlakuan berbeda pada siswa yang lebih low (akademiknya). Manajemen kelas harus tepat,” demikian kepala SMAN 1 Kepanjen, Sugeng Satrio Utomo MPd, Jumat (21/5/2019) sore. [ameen]