Dojo Patal Lawang Rajai Kelas Pemula Kejurdo Kempo

Dojo Patal Lawang Rajai Kelas Pemula Kejurdo Kempo

MALANG – Dojo Patal Lawang merajai kelas pemula dan yunior Kejurdo Shorinji Kempo Antar Dojo yang digelar Perkemi Kabupaten Malang, Sabtu-Minggu 12-13 Agustus 2017. Dengan perolehan juara terbanyak atletnya, Dojo Patal akhirnya sukses menjadi juara umum kejuaraan ini.

Juara umum Dojo Patal Lawang ini setelah para atletnya (kenshi) mampu mengumpulkan poin 174. Perolehan juara yang diraih kenshei yang diterjunkan Dojo Patal tak bisa dikejar para pesaingnya.

Tercatat, enam medali emas diraih atlet Patal Lawang kelas Randori putra dan putri. Yakni, Kelas 45 kg (Cahyo Nugroho), Kelas 50 kg (Gilang Jalu Chandra), 55 kg (Alamsyah Surya) dan Kelas 60 kg oleh Hardiansyah.

Sedangkan emas Randori Putri didapatkan Lia Intan Permatasari di Kelas 46 kg dan Rafa Dewi Duta di Kelas 49 kg.

Disusul juara umum II dan III Kejurdo Kempo ini adalah berturut-turut dari Dojo SMA PGRI Lawang dengan poin 150 dan Dojo MAN Gondanglegi dengan poin 127.

Wakil ketua Pengkab Persatuan Shorinji Kempo Indonesia (Perkemi) Kabupaten Malang Jamhuri mengungkapkan, Kejurdo Shorinji Kempo antar Dojo ini diikuti sejumlah 256 atlet (kenshi) yang bernaung di 15 Dojo. Dalam kejurdo yang dilangsungkan di gedung indoor SMAN 1 Turen ini, mereka bersaing dalam pertandingan kelas pemula dan remaja, baik randori (tanding) maupun embu (seni).

“Tahun ini prestasi atlet lebih merata antarshorinji, namun tetap didominasi shorinzi kempo dari Gondanglegi dan Patal Lawang,” terang Jamhuri, sebelum penutupan kejurdo, Minggu (13/8) sore.

Dikatakan, hasil pertandingan selama Kejurdo, mutu teknik dan fisik atlet lebih baik dibandingkan sebelumnya. Mereka tetap semangat hingga partai final. Mutu teknik saat tanding yang dimaksud adalah kepekaan atlet lebih tajam dan bisa membaca timing kapan menyerang atau bertahan. Akurasi tendangan dan pukulan juga lebih baik.

Menurut Jamhuri, hasil kejurdo akan dijadikan modal menggantikan atlet puslatkab lama usia remaja maupun dewasa.

“Tetap ada mekanisme degradasi atlet yang sebelumnya sudah puslatkab dan tidak lagi layak. Para atlet puslat usia dini dan remaja ini yang nantinya berpeluang,” imbuhnya. (rul)

Sebarkan berita:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *