Bantuan Bidik Misi untuk mahasiswa kurang mampu senilai Rp 1 juta per bulan dirasakan kurang. Sejak program ini diadakan 2010, besaran bantuan itu belum bertambah hingga kini. Kurangnya bantuan Bidik Misi ini pun menjadi keprihatinan pihak kampus yang selama ini harus menyediakan kuota mahasiswa dengan beasiswa Bidik Misi tersebut.
Terkait hal tersebut, belum lama ini, FGD (Forum Group Discussion) para Wakil Rektor III dengan Pihak Kemenristek-Dikti mengusulkan agar ada penambahan nilai bantuan sebesar Rp 1,5 juta per bulan. Usulan ini seperti disampaikam Prof Dr Ir Arief Prajitno MS, Wakil Rektor III Universitas Brawijaya (UB) Malang, di sela kegiatan penerimaan bantuan Bidik Misi dan Beasiswa Afirmasi di Samantha Krida, Selasa (10/11/2015) lalu. Forum Wakil Rektor ini diikuti sekitar 40 perguruan tinggi.
Menurutnya, bantuan Rp 1 juta/bulan ke penerima Bidik Misi rinciannya Rp 400.000 untuk kegiatan akademik dan Rp 600.000 untuk bantuan biaya hidup. Padahal, katanya, biaya hidup di tiap daerah berbeda. Ia membandingkan dengan penerima Bidik Misi yang kuliah di UI Jakarta, Bandung akan berbeda dengan yang kuliah di UB, atau Universitas Negeri Jember (UJ).
“Dengan usulan naik Rp 1,5 juta, maka Rp 1 juta bisa untuk membantu biaya hidup mahasiswa dan sisanya Rp 500.000 untuk kegiatan akademik di kampus,” beber Prof Arief Prajitno.
Namun, katanya, memang untuk direalisasi masih ribet karena harus usul dulu ke DPR RI dan Kementerian Keuangan selaku pengelola anggaran.
Ridwan Hisyam, Wakil Ketua Komisi X DPR RI menyatakan, bantuan Bidik Misi nampaknya belum bisa ditambah. Bahkan anggaran pendidikan juga mengalami penurunan. Menurutnya, anggaran di Kemenristekdikti pada 2016 turun Rp 3,1 triliun sehingga hanya mendapatkan Rp 40 triliunan. (rul)