Inspirasicendekia.com, YOGYAKARTA – Pelaku industri kreatif khususnya subsektor kriya, seni rupa dan seni pertunjukan bakal lebih bergairah. Ini seiring telah difasilitasinya pertemuan para pelaku industri ini dengan pihak perbankan dan jasa keuangan oleh Badan Ekonomi Kreatif di acara Bekraf Financial Club (BFC) di Yogyakarta, Jumat (17/3).
Dalam rilis yang dikirim Kepala Biro Hukum dan Komunikasi Publik Badan Ekonomi Kreatif Indonesia, Mariaman Purba mengungkapkan, BFC adalah kegiatan yang diselenggarakan Bekraf untuk mempertemukan pelaku ekonomi kreatif dan perbankan. Tujuannya, memfasilitasi pelaku ekonomi kreatif untuk memaparkan model bisnis ekonomi kreatif dan mendapat model pembiayaan yang sesuai dari perbankan.
“Bekraf bermaksud meningkatkan permodalan bagi pelaku ekonomi kreatif melalui perbankan. Sehingga tercipta pola pembiayaan yang diharapkan oleh kedua belah pihak,” ungkap Deputi Akses Permodalan Bekraf, Fadjar Hutomo.
Acara BFC terkait subsektor kriya, seni rupa dan seni pertunjukan yang digelar di Westlake Resort Yogyakarta ini adalah yang ketiga kalinya. Sebelumnya, BFC subsektor film dan animasi dan subsektor aplikasi dan game juga telah dilaksanakan di Jakarta pada 21 dan 28 Februari 2017.
Sebanyak 60 orang dari perbankan menjadi tamu undangan pada acara ini. Pada BFC kali ini, Bekraf kedatangan Anggota Komisi X DPR RI Irine Yusiana Roba Putri yang memaparkan peran DPR RI dalam pengembangan ekonomi kreatif dan Kepala Kantor OJK Regional III Jawa Tengah dan DIY Muhammad Ishanuddin sebagai keynote speaker.
“Bekraf juga menghadirkan OJK untuk mendapatkan kebijakan berpihak kepada pelaku ekonomi kreatif yang kaya akan intelectual property. Kami berharap, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) termasuk merek dan paten bisa menjadi pertimbangan positif dalam pemberian pinjaman,” tambah Fadjar.
Sementara, lanjutnya, pelaku ekonomi kreatif yang hadir dari subsektor kriya yaitu Timbul Raharjo, pemilik dua showroom gerabah dengan 100 karyawan peraih Anugerah Upakarti dari Presiden Republik Indonesia. Bekraf juga menghadirkan musisi senior Djaduk Ferianto, penari legendaris Didik Nini Thowok dan ekspertise festival Dinda Intan Pramesti Putri sebagai narasumber dari subsektor seni pertunjukan. Dari subsektor seni rupa adalah Agus Burhan, perupa yang aktif mengajar di ISI Yogyakarta.
Penari legendaris Didik Nini Thowok mengungkapkan, jika pendanaan dari perbankan sangat penting. Dikatakan sanggar tari miliknya dibantu pembiayaan dari salah satu bank pemerintah sejak tahun 1980an. Dana pinjaman dari bank digunakan untuk perputaran keuangan sanggar tari.
“Awalnya saya membutuhkan beberapa tahun untuk meyakinkan bank memberikan kredit. Bank perlu cek sanggar saya untuk tahu jika kami bisa mengangsur dan saya memberikan sertifikat tanah rumah saya sebagai jaminan,” cerita Didik.
Harapan Didik, pihak bank bisa memberikan bunga ringan dan kemudahan untuk pelaku ekonomi kreatif. Jika dari pemerintah, ia mengharapkan ada subsidi rutin dari pemerintah.
“Jika pemerintah bisa support gaji karyawan di sanggar saya, saya bisa menggratiskan untuk anak didik sanggar yang kurang mampu,” pungkasnya. [mm/min]