Pemandangan di pelataran Candi Badut, Singosari, Kabupaten Malang, mendadak berbeda dari biasanya, Minggu (21/2/2016) pagi. Areal lingkungan candi yang biasanya hening, berubah penuh keriaan disertai riuh tawa kala itu.
Sejumlah orang dengan pakaian kebaya jaman dahulu, tampak asyik memperagakan permainan tradisional. Ada yang bermain egrang-egrangan, loncat, ada pula yang sambil duduk memainkan permainan dakon.
Permainan seni tradisional di pelataran Candi Badut Kabupaten Malang ini dimotori para punggawa seniman Kota Malang, seperti Pak Yongki, pak Win Celaket, Andre dan mas Prio. Seperti dituturkan pak Yongki, melalui gerakan ini diharapkan menjadi pupuk yang menyuburkan kembali seni budaya tradisonal kita. Apalagi, menghadapi MEA tahun ini, maka tak ada pilihan kita harus jadi diri kita sendiri dengan segala keunikan budayanya.
“Kami mengadakan kegiatan semacam ini agar masyarakat tahu akan pentingnya budaya bangsa kita. Lewat begitu banyaknya permainan tradisional, kita disadarkan kembali sebagai bangsa yang besar,” ujarnya.
Ditambahkan, acara ini juga bertujuan untuk memblow-up seni tradisional yang kurang mendapat perhatian dari masyarakat juga dari pemerintah. Ia berupaya nantinya acara seperti ini akan diselenggarakan secara rutin dan berkelanjutan, juga dengan tema yang sama dan diharapkan juga bisa menarik wisatawan yang datang ke Malang.
Selain dengan gelaran permainan anak tradisional, acara ini juga diisi dengan pertunjukan performa seni Topeng Malangan oleh cak Seger.
Acara dimulai sejak pagi sekitar pukul 9, diawali dengan penampilan gerak permainan anak tradisional di depan pintu gerbang Candi Badut. Selanjutnya, disusul performance art dari seniman Tulungagung, Kediri, Biltar dan Surabaya. Acara ini pun cukup mendapat respon dan perhatian dari banyak mahasiswa, masyarakat umum juga para fotograper dalam dan luar kota Malang.