Siswa Unggul dan Berprestasi, Berawal dari Guru Kreatif

Inspirasicendekia.com, MALANG.KAB – Pentingnya posisi guru sebagai agen perubahan bagi siswanya menjadi topik yang menarik bagi ratusan guru dari SMP/MTs se Kabupaten Malang yang mengikuti Seminar Nasional bertajuk Repositioning of Teaching and Learning di SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi, Senin (6/3). Saat ini, guru harus bisa menyiapkan pribadi siswa unggul dengan potensi yang dimiliki.

Seminar yang juga diikuti sejumlah guru SMK Mutu ini menghadirkan narasumber Prof. Dr Imam Robandi, Guru Besar ITS Surabaya yang juga motivator dengan segudang pengalaman dalam dan luar negeri. Menyampaikan materi ‘the princip of educating and learning in modern school development, Prof Imam Robandi pun banyak mengupas sekaligus menggugah mindset dan kinerja guru yang bisa mengantarkan prestasi dan sukses peserta didiknya.

Menurutnya, seorang guru semestinya tidak hanya mengajar atau transfer of knowledge, melainkan juga mendidik, melatih, mengevaluasi dan membimbing siswanya agar dapat menjadi pemenang di era globalisasi sekarang ini.

“Siswa kreatif lahir dari guru kreatif, siswa hebat karena dicetak guru yang hebat” tutur Dosen tamu di Tottori Univercity of Japan ini.

Karena itulah, lanjutnya, penting bagi seorang guru untuk selalu menambah keilmuan dan update pengetahuan guna mengasah kreativitas untuk mengembangkan bakat dan potensi siswanya.

Usai seminar, Prof Dr Imam menegaskan ingin mengajak para guru untuk peka dan mengubah pola dalam mendidik sesuai potensi siswa. Menurutnya, anak sebenarnya punya banyak kecerdasan dan bakat. Dan, ini mestinya digali dan dikenali setiap guru.

“Guru harus mereposisi diri dengan melakukan penyesuaian diri pada kebutuhan dan apa yang dialami siswa. Jangan hanya satu arah dalam memahami kecerdasan siswa, yakni kognitif saja. Siswa kini penuh dinamika, dipengaruhi lingkungan. Jadi, guru pun harus bisa menjadi bagian lingkungan yang positif bagi mereka,” bebernya.

Tetapi, menurutnya hal ini berat dan jarang terjadi, apalagi guru kini terlalu sibuk mengajar sesuai beban kurikulum. Padahal, lanjutnya, sekitar 70 persen kurikulum formal belum mengcover kebutuhan untuk semua kecerdasan siswa. [sil/min]

Sebarkan berita:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *