Siapkan Sebulan, Siswi SMK Mutu Ini Juarai LKTI ME Award 2017

Siapkan Sebulan, Siswi SMK Mutu Ini Juarai LKTI ME Award 2017

MALANG – Keunggulan tidak hanya didapatkan SMK Muhammadiyah 7 (SMK Mutu) Gondanglegi secara kelembagaan. Di ajang Muhammadiyah Education Award, Sabtu 22 September 2017 lalu, sejumlah prestasi oleh guru dan siswa SMK Rujukan ini.

Selain penghargaan untuk sekolah Muhammadiyah unggul kategori Outstanding School, empat penghargaan lainnya didapatkan SMK Mutu di ajang ME Award 2017 yang diikuti sekolah Muhammadiyah di Jawa Timur ini. Yakni, dua penghargaan juara LKTI siswa, kreasi majalah sekolah, dan inovasi pembelajaran guru.

Dari bidang LKTI misalnya, siswi SMK Mutu Khoiroh Yeroh tercatat menjadi peserta dengan karya tulis terbaik jenjang SMA/MA/SMK. KTI yang dibuat siswi kelas XI jurusan Keperawatan ini bertema pendidikan karakter.

“Dalam karya tulis ilmiah ini, saya mengangkat sebuah topik dari agenda sekolah terkait pendidikan karakter ini. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kedisiplinan serta religiusitas siswa,” terangnya, Ahad (23/9) siang.

Dalam lomba ini, Khoiroh juga harus mempresentasikan karya ilmiah yang disusunnya dalam bentuk materi powerpoint. Dari 30 peserta lomba, lanjutnya, kemudian diambil top 10 untuk presentasi lagi tanpa menggunakan alat bantu, kecuali yang memang ada produknya.

Tidak butuh waktu lama dan berbulan-bulan bagi Khoiroh untuk menyusun KTI miliknya. Menurutnya, penulisan cukup singkat dengan waktu kurang lebih sepekan. Sementara, pencarian ide dan perumusan masalah butuh sepekan dan kurang lebih dua pekan untuk penelitiannya. Sehingga, waktu efektif yang digunakannya hanya sebulan.

“Alhamdulillah tahun ini lolos. Tahun sebelumnya dengan 69 peserta hanya masuk peringkat top 15,” imbuhnya.

Ya, karya tulis ilmiah bukan hal baru bagi siswi ini. Ia mulai mengenali KTI sejak duduk di kelas X. Menurutnya, menyusun KTI itu gampang, namun juga susah. Akan tetapi, banyak manfaat diperolehnya dari dunia kepenulisan karya ilmiah.

Dikatakan, menyiapkan karya ilmiah berarti harus bisa melatih manajemen waktu, menambah wawasan, dan bisa mengasah berpikir melebihi pemikiran kebanyakan.

“Gampangnya kita lebih diberi kebebasan saat meneliti sesuai keinginan dan ide. Susahnya, saat harus menentukan apa saja isi dari apa yang harus ditulis, mengingat setiap poin harus sinkron. Dan juga, jika perlu penulis atau peneliti harus melakukan uji kolerasi,” bebernya menandakan ia begitu menguasai tahapan penyusunan karya ilmiah. [min]

Sebarkan berita:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *