Inspirasicendekia.com, MALANG – SMA Negeri 1 Kepanjen (Smaneka) Kabupaten Malang menunjukkan keunggulannya dalam menciptakan peserta didik berbakat dengan prestasi masing-masing. Sebulan terakhir, banyak prestasi kejuaraan berhasil diraihnya bahkan tingkat nasional.
Tercatat, selama Agustus-Oktober 2017 lalu, didapatkan 15 prestasi juara yang diraih siswa dan guru SMAN 1 Kepanjen. Selama Oktober 2017 lalu misalnya, tiga lomba berhasil dimenangi siswa-siswi SMAN 1 Kepanjen. Diantaranya, juara 1 lomba LKTI Public Health Project tingkat nasional di Universitas Negeri Malang dan juara Bridge Design Comptetion 2017 di UB. Siswa peraih juara tersebut selama ini bergabung dalam ekskul karya tulis ilmiah di sekolahnya.
Pada ajang Bridge Design Comptetion yang digelar 27-29 Oktober 2017 di Universitas Brawijaya misalnya, tim peserta SMAN 1 berhasil meraih juara 1 Kategori Konstruksi Jembatan. Tim beranggotakan Muhamad Busthomi Alfiansah, Silsilia Agis dan Ivanka Helen ini ditetapkan terbaik setelah unggul dari 7 finalis lainnya.
“Kompetisi ini diikuti 20 peserta se Jawa-Bali yang proposal karya ilmiahnya dinyatakan lolos. Saat final, kami membuat miniatur jembatan, lalu melakukan presentasi perakitan dan pengujian beban jembatan,” kata M. Busthomi Alfiansah, juru bicara tim.
Dalam kompetisi ini, yang dinilai adalah keringanan jembatan yang dibuat dan kelendutan jembatan ketika diberi beban seberat 5 kilogram. Miniatur jembatan yang dirakit adalah jenis rangka batang dan dibuat dari kayu ringan jenis balsa.
“Batasan waktu maksimal perakitan 3 jam, namun kami berhasil menyelesaikan dalam waktu 1 jam 40 menit. Sempat sih ada selisih ukuran, beda 1 cm sehingga harus dipotong lagi,” imbuhnya.
Dua kali percobaan, kata Busthomi, waktu perakitan lebih lama, percobaan awal bahkan memakan waktu 2 jam. Menurutnya, ini karena belum diketahui ukuran batang miring miniatur jembatannya.
Dikatakan, ada beberapa jenis jembatan, tetapi paling sulit adalah membuat jembatan gantung. Ketiganya sepakat menyatakan tetap ingin mengembangkan lebih jika ada kesempatan.
“Membuat miniatur jembatan bukan sekadar keterampilan prakarya dan tentunya lebih rumit. Sebenarnya kami bisa membuat lebih banyak jenis jembatan dan tertantang membuat yang lebih rumit,” kata ketiganya kompak.
Menurut Ivanka Helen, untuk bisa berprestasi haruslah berusaha dengan maksimal. Agar sukses, katanya, siswa harus mau menjadikan pengalaman dan kegagalan sebagai motivasi lebih baik.
“Prestasi tidak hanya akademik, setiap peserta punya bakat yang bisa dikembangkan dan ditekuni sehingga menjadi ptestasi,” tambah Silsilia Agis. [rul]