inspirasicendekia.com, JAKARTA – Persoalan literasi lebih serius menjadi perhatian pemerintah. Program Gerakan Literasi Nasional (GLN), perlu sokongan kajian memadai sehingga manfaatnya bisa lebih tepat sasaran.
Kajian indeks literasi membaca ini bukan tanpa alasan. Terlebih, dalam membaca peserta didik selalu terkendala.
“Rata-rata dalam Ujian Nasional (UN), siswa bisa menjawab soal bahasa Indonesia hanya 60 persen. Soal dengan wacana atau teks yang agak panjang lebih kedodoran. Ini disebabkan aktivitas bacanya kurang,” demikian Kepala Balitbang Kemendikbud, Totok Suprayitno, dalam acara Diskusi dan Peluncuran Buku Indeks Aktivitas Literasi Membaca (Indeks Alibaca), di Perpustakaan Kemendikbud, Jakarta, Jumat (17/05/2019) lalu.
Merespon kebutuhan itu, Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan (Puslitjakdikbud) Balitbang Kemendikbud telah melakukan kajian. Hasilnya kajiannya adalah Indeks Aktivitas Literasi Membaca (Indeks Alibaca) hingga tingkat provinsi.
Tujuan kajian persoalan literasi ini bertujuan untuk: (1) menelaah dimensi dan indikator yang merepresentasikan aktivitas literasi membaca; dan (2) menyusun indeks untuk mengukur tingkat aktivitas literasi membaca.
Totok juga menegaskan, persoalan literasi dalam dunia pendidikan tidak bisa diabaikan karena hal ini terpampang nyata. Menurutnya, salah satu persoalan kita dalam dunia literasi yaitu akses. Jumlah murid itu naik terus, tetapi persoalanya ada pada literasi ini, apakah ini merupakan literasi sains, atau apa.
Tetapi, lanjutnya, ini semua awalnya dari membaca. Bagaimana bisa paham sains kalau memahami kalimat saja tidak bisa? Apalagi membedah implisit yang tidak tertulis, dan ini banyak terjadi.
“Jadi, literasi membaca itu merupakan awal untuk memahami ilmu-ilmu yang lain. Kalau ini saja problematik, maka jangan berharap literasi yang lain juga akan baik,” jelas Totok.
Sementara itu, Kepala Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan Kemendikbud, Emi Emilia menegaskan, guru seharusnya lebih memahami teks bacaan sehingga dapat memberikan penjelasan mendalam kepada murid.
“Yang paling penting juga pemahaman guru, mengenai pemahaman teks ini yang belum. Jadi, untuk guru harus dilatih untuk lebih meningkatkan pemahaman teks,” ujarnya.
Ia lalu mencontohkan, ini lho teks eksplanasi. Jangan ketika diminta untuk berargumen, kok malah mendeskripsikan, atau diminta memberikan instruksi malah justru mendeskripsikan. [dan/min]