Festival MTD, Dari Malang ke Kancah Internasional

dwi cahyono malang tempo doloe

Pesona festival Malang Tempo Doeloe (MTD) atau Malang Kembali, festival rakyat yang bernuansa Malang jaman dulu (jadul), kian menarik publik dunia. Belum lama ini, sebuah forum berskala internasional di Singapura yang dihadiri 9 negara mengundang penyelenggara MTD untuk berbagi pengalaman dan gagasan.

Dwi Cahyono, Pendiri Yayasan Inggil, yang menjadi konseptor MTD diundang langsung sebagai pembicara dalam Seminar Penyelamatan Cagar Budaya Kota di Singapura. Dalam acara yang diselenggarakan oleh Nalanda-Sriwijaya Centre tersebut, Dwi diminta memaparkan hasil pemikirannya bersama 9 negara lainnya.

Dwi diundang ISEAS Yusof Ishak Institute Singapore dalam forum bertema “Heritage preservation and revitalization through Activities and Media”. Ia berdiskusi bersama Mizuho PhD (Japan), Pijika PhD ( Paris), Ass Prof Surat ( Bangkok), Phon PhD (Kamboja), Prof Elizabeth moore dan Prof Miksic ( Singapura), Prof SU Su (Myanmar), dan Prof Datin Zuraina (Malaysia).

Pada forum ini Dwi berkesempatan untuk berbagi gagasan dan pengalaman tentang pelestarian budaya lokal di Malang. Antusiasme Arek Ngalam dalam memeriahkan festival superjadul MTD yang sempat heboh karena dikunjungi hampir 1 juta orang per harinya itu pun menjadikan penasaran seluruh peserta forum.

Hasilnya, setelah 4 hari presentasi mewakili Indonesia, Dwi akhirnya mendapatkan recommendation. Yakni, Konsep konservasi Malang Tempo Doeloe dan Museum Resto yang digagasnya akan diadopsi di negara Myanmar, Thailand dan cambodia. Dalam waktu dekat bersama Mr Punto akan diundang presentasi sana.

“Alhamdulillah. Semoga penghargaan ini berarti bagi Indonesia,” kata Dwi dalam akun facebook miliknya. Pengusaha yang hobi mengoleksi benda-benda antik ini pun merasakan bangganya, karena Malang sebagai kota yang memiliki banyak sekali kekhasan budayanya kini semakin mendapat perhatian dunia. Menurutnya, sangat penting bagi kita untuk melestarikan seni budaya asli daerah dan bangga dengannya.

“Pada saat yang sama pemerintah harus mendukung lestarinya seni budaya lokal agar tidak tergerus oleh arus modernitas. Kekayaan Budaya asli Malang pada waktunya nanti akan menjadi salah satu ikon wisata di Jawa Timur,” demikian pria yang juga pernah menjabat sebagai ketua Dewan Kesenian Malang 3 periode ini.

Sebarkan berita:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *