Didukung Program GSC-World Bank, Pendidikan Usia Dini Kian Diperkuat

Pendidikan Usia Dini Kian Diperkuat

Pendidikan prasekolah, semakin mendapatkan posisi strategis dan terus mendapatkan perhatian. Tahun ini, pemerintah dengan sponsor World Bank membuat program Early Chilhood Education Development (ECED) Frontline untuk membantu penguatan sumberdaya pendidik dan tenaga kependidikan PAUD di Indonesia.

Sejumlah 25 kabupaten/kota dari 11 provinsi di Indonesia menjadi sasaran piloting project program ECED Frontline ini. Program ini merupakan sinergi Kemendikbud dan Kemendesa PDTT dengan dukungan World Bank. Di Jawa Timur, yang termasuk sasaran percontohan diantaranya adalah Kabupaten Malang, Trenggalek dan Nganjuk.

Selama Selasa-Rabu, 1-2 Maret 2016, telah diawali dengan focus group duscussion (FGD) terkait rencana dan implementasi program sinergi Generasi Sehat dan Cerdas (GSC) ini. Dalam forum ini, banyak diuraikan permasalahan penyelenggaraan PAUD di Kabupaten Malang selama ini. Diskusi melibatkan pihak Dinas Pendidikan, penilik, pamong belajar, IGTKI dan Himpaudi, juga perwakilan Badan Kerjasama antar Desa .

Provita Niekeen CH, District Consultant Program ECED Frontline mengungkapkan, program ini dilakukan dengan harapan penyelenggaraan PAUD lebih mendapatkan dukungan dan penguatan berbagai pihak. Termasuk, dimasukkan dalam usulan pembangunan dari Desa. Selain itu, tambahnya, masyarakat semakin terpahami terkait pentingnya pendidikan usia dini bagi anak-anaknya.

“Ada dua komponen yang dibahas selama FGD. Yakni, peningkatan profesionlisme pendidik dan tenaga kependidikan PAUD, serta upaya meningkatkan pemahaman terkait pendidikan anak. Termasuk, penguatan muatan pendidikan berbasis orang tua atau parenting,” beber Provita, usai forum diskusi bersama yang dilangsungkan di aula Dinas Pendidikan ini.
Dikatakan, program ECED ini lebih berupa pendampingan pendidik PAUD sampai 2017 mendatang. Bentuk pendampingan berupa asistensi, supervisi, dan bantuan teknis, termasuk coaching dan magang bagi pendidik PAUD.

“Kami sudah mencetak 6 pelatih per kabupaten/kota. Mereka terdiri dari Himpaudi, pamong, penilik, dan kepala PAUD unggulan. Hasil diskusi tadi, pembinaan akan lebih diarahkan pada pendidik PAUD yang belum pernah ikut diklat kompetensi dasar,” imbuh lulusan Universitas Negeri Sebelas Maret ini.

Titik poin program ECED, lanjutnya, PAUD di desa lebih meningkat dan berkembang dengan dukungan pemdes dan stakeholder setempat. Ini bisa diawali dengan usulan di musrenbang dan RPJMDes. Konsep disain awalnya, tiap desa yang menjadi sasaran program, yakni desa yang dapatkan GSC, membuat perencanaan dan usulan program.

Sebarkan berita:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *