Abdul Manan Wijaya, Santri Pejuang Kemerdekaan Itu Asal Pujon

Inspirasicendekia.com, MALANG – Sejumlah sejumlah tentara pribumi terlihat merangkak menyusup markas Belanda. Dengan senjata di tangan mereka mengendap-endap untuk menyergap dan melumpuhkan pertahanan penjajah.

Beberapa waktu berselang, para tentara ini menyerbu Belanda yang malam itu sedang berpesta ria. Penjajah ini sebelumnya berhasil mengobrak-abrik sebuah desa di wilayah Pujon, daerah barat Kabupaten Malang. Belanda mencari pejuang PETA, Abdul Manan Wijaya.

Pekik ‘Allahu Akbar!” berulang kali diteriakan Abdul Manan dan pasukannya, disertai dentuman suara tembakan senapan saling bersahutan yang diarahkan pada musuh. Akhirnya, tentara dan pribumi setempat pun berhasil merebut kembali Pujon, dan mengusir penjajah.

Kisah heroisme ini hanyalah aksi sosiodrama yang terjadi di lapangan Stadion Kanjuruhan di Kepanjen, yang diperankan usai peringatan Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Kamis (17/8) siang. Terik yang menyengat tak menyurutkan semangat ratusan orang yang terlibat dalam drama kolosal ini. Beberapa adegan drama lebih heroik dengan ilustrasi musik dan pembacaan narasi kisah perjuangan ini.

Tak ayal, peserta dan penonton upacara Proklamasi Kemerdekaan ini pun merasakam larut dalam suasana. Sebagian mereka tampak terharu, atau bahkan tertegun melihat atraksi patriotik ini.

Belakangan, Brigadir Abdul Manan Wijaya diketahui tercatat dalam sejarah adalah warga asli Desa Pandesari Pujon. Ia menjadi pejuang yang santri karena memang lulusan Ponpes Tebu Ireng Jombang tahun 1942. Ia menjadi tentara pejuang kemerdekaan setelah bergabung dengan tentara PETA.

Peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI ini diikuti semua Forkompida Kabupaten Malang. Bupati Malang DR H Rendra Kresna bertindak langsung sebagai Pemimpin upacara. Sedangkan, ketua DPRD Hari Sasongko bertugas membacakan Teks Proklamasi.

Sebelum adegan drama ini, dilakukan pengibaran Bendera Pusaka Merah Putih oleh pasukan pengibar bendera pusaka (Paskibraka). Pengibaran Merah dilakukan tiga anggota paskibraka terpilih dari SMAN Lawang dan SMAN Singosari. Diantaranya, Aliffiyan Rayyan Rusdiansyah dan Muhammad Viko Pratama, siswa kelas XI SMAN Lawang.

Suasana kemerdekaan RI 17 Agustus 2017 ini juga dimeriahkan dengan penampilan paduan suara 1.000 siswa-siswi SMPN 4 Kepanjen. Tak hanya melantukan lagu-lagu perjuangan, juga diiringi pembacaan puisi dan aksi papermob dengan kombinasi warna merah-putih-biru.

Aksi flashmob dengan kreativitas perpaduan kertas warna-warni ini mengiringi nyanyian lagu Kebyar-Kebyar yang dipopulerkan almarhum Gombloh. [sev/min]

Sebarkan berita:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *