Sebulan Magang di Cina, Rifaat Belajar Cara Kerja Mesin Otomasi Digital

Sebulan Magang di Cina, Rifaat Belajar Cara Kerja Mesin Otomasi Digital

Tidak banyak siswa Indonesia berkesempatan mengikuti pendidikan atau pelatihan di negara asing. Apalagi, pengalaman internasional ini dijalani dalam kurun waktu cukup lama.

Pengalaman berharga ini dirasakan Muhammad Rifaat Alfahad dan Cahyo Widodo, keduanya siswa jurusan Teknik Otomasi Industri SMK Muhammadiyah 1 Kepanjen, Kabupaten Malang. Selama setidaknya sebulan, mereka berkesempatan mengikuti pendidikan dan magang di Tianjin Sino-german Vocational Technical College yang ada di Cina.

Merasakan lingkungan pendidikan di kampus Cina ini cukup banyak memberi pengalaman berharga bagi Rifaat. Menurutnya, selama magang, pelajaran yang didapatinya adalah kedisiplinan dalam cara kerja orang Cina.

“Cara kerja orang Cina bersih, cepat, dan presisi alias benar-benar pas. Gurunya juga sangat disiplin,” ungkapnya. Rifaat dan 37 peserta magang lainnya dibagi menjadi 2 tim, listrik dan permesinan. Rifaat sendiri masuk offering yang mengerjakan bubut dan freis.

“Kerja freis, awalnya Saya kurang suka. Setelah praktik di Cina menjadi seneng. Ya, karen melihat sistem dan cara kerja mahasiswa di sana, mas. Di Cina lebih efisien, semua alat sudah digital,” imbuh putra pasangan Hariyanto dan Sumarah ini.

Dalam catatan Rifaat, pengalaman baru yang didapatinya seperti mesin freis memggunakan digital. Ada pula teknik centering menggunakan alat tool post, sehingga pengerjaan lebih cepat. Jika di sekolahnya pengukuran masih jangka sorong, di Cina sudah menggunakan alat mikro meter.

Selama di Cina, ia diharuskan membuat komponen mesin alat pertanian, seperti ragum mini, miniatur tank, dan as mesin. Paling banyak yang sudah dihasilkan adalah as mesin, 3 unit.
Pasca pelatihan dan magang di Cina, setidaknya seminggu dua kali, ia tetap menerapkan ilmunya. Di bengkel sekolah, dalam sehari ia dibantu sejumlah siswa TOI lain membuat ragum dengan 6 komponen, targetnya sehari 3 komponen. Di sekolah sudah buat ratusan, dari 50 potongan besi.

Tata letak mesin (setting) dan perawatannya juga didapati bagus di Cina. Soal kedisiplinan murid, juga sudah terkondisikan benar-benar seperti dalam situasi kerja, yang tidak banyak bicara dan tepat waktu sesuai yang dijadualkan.

Rifaat mengaku pengalaman di Cina sudah menempa keahlian dan mentalnya agar benar-benar siap kerja. Ia pun ingin mendapatkan kerja di industri besar, dengan lingkungan dan alat kerja yang sangat standar. Setidaknya seperti di PT Denzo Indonesia. “Setelah dari Cina, mental dan standar kerja di Indonesia atau luar negeri pun pada prinsipnya sama,” pungkasnya.

Sebarkan berita:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *