Ragam Bakat dan Potensi Siswa MTsN Turen Berbuah Prestasi

Ragam Bakat dan Potensi Siswa MTsN Turen Berbuah Prestasi

Sebuah prestasi memang berangkat dari minat dan bakat yang terus diasah dan dikembangkan. Minat menjadi modal ketertarikan dan motivasi untuk melakukan dengan senang hati apa yang diminati. Sementara, motivasi akan melahirkan ketekunan dan semangat berbuat apa yang menjadi minat pemiliknya.

Ini pula yang dialami tiga siswa MTs Negeri Turen, Ninggar Tri Puspa Herawati, Bagus Mohamad Alif, dan Ays Nur ‘Adillah. Belum lama ini, ketiganya mampu meraih prestasi membanggakan, buah dari minat dan ketekunan belajar dan kreativitas keterampilan mereka.

Ninggar Tri Puspa Herawati, kelas IXA MTSn Turen misalnya, dua kali mengikuti lomba Karya Tulis Ilmiah (KIR), mampu meraih prestasi juara. Saat lomba KIR tingkat Kabupaten Malang menjadi juara 1. Dan, saat mewakili daerah dalam lomba KIR Kemenag Jawa Timur, ia tetap berhasil meraih peringkat 3. Tema karya tulis yang diangkatnya adalah ‘Peran Pondok Pesantren sebagai dalam peningkatan ekonomi masyarakat sekitar’.

Tidak mudah memang bagi Ninggar meraihnya. Bayangkan, ia harus membuat karya tulis sebelumnya hingga selama enam bulan. Saat lomba di Surabaya, karya tulisnya harus dipresetasikan. Ia masih kalah dengan siswa Kota Batu sebagai juara 1.

“Saya suka menulis, biasa nulis cerpen. Biasanya manfaatkan waktu luang di rumah dan di sekolah. Paling disuka tema pertemanan,” kata Ninggar Tri Puspa, saat disambangi di sekolahnya, Rabu (18/11/2015).

Kini, ia mengaku sedang proses menyelesaikan dua judul cerpen. Judulnya, persahabatan dan ‘saat-saat terakhir.’ Ia pun bertekad ingin terus kembangkan dan membuat karya tulis lebih banyak lagi.

Lain halnya Bagus Mohamad Alif yang berprestasi di ajang lomba Bulan Bahasa yang digelar di MAN 1 Kota Malang se Malang Raya. Karya komiknya yang berjudul ‘Kemenangan’ mendapatkan juara 2 dalam lomba tersebut.

Saat lomba, komik yang dibuat di atas satu lembar kertas A3. Gambar komik dibagi dalam 6 kotak panel. Cerita komik Bagus adalah tokoh para pejuang yang memperjuangkan Kemerdekaan. Di akhir-akhir cerita, tokoh laki-laki dan perempuan bertekad untuk bersama-sama menjaga perdamaian. Bagus Alif mengungkapkan, gambar tokoh anime Manga Jepang paling disukainya. Saat ini gambar komik yang sudah dibuatnya sudah mencapai 80 lembar lebih fullcolour, sementara yang belum diwarna jumlahnya lebih banyak lagi. Ada yang sudah utuh selesai, sebagian masih dalam bentuk sketsa.

Siswa Kelas IXF ini mengaku mendaapatkan pengalaman menggambar komik dari otodidak, belajar dari ayahnya Ali Subakti, yang seorang pelukis. Saking sukanya menggambar, ia bisa menghabiskan satu rim kertas HVS sebulan untuk digambari.

“Saya suka corat-coret gambar sewaktu-waktu, biasanya untuk usir jenuh bahkan saat di kelas. kalau bagus dibawa pulang untuk disempurnakan. Jadinya, sering dimarahi guru saat menggambar di kertas buku tulis,” kenangnya.

Bakat kreativitas seni memang banyak dimiliki Bagus. Selain gambar komik, lukisan crayon pemandangan juga disukainya, namun tidak sebagus gambar komik. Ia juga pernah membuat paper craft dan dibentuk seperti origami. Bisa buat tiruan snipper juga.

Siswa yang dulunya belajar di SD Taman Siswa Turen ini inginkan baktanya lebih dikembangkan. “Ingin bisa gambar animasi 3D Indonesia, mas. Sempat belajar pakai komputer, tetapi gak bisa karena tidak ada guru pembimbing khusus,” katanya.

Siswa MTsN Turen yang tak kalah berbakat adalah Ays Nur ‘Adillah, kelas IX Akselerasi. Juarai lomba pidato Bahasa Indonesia, bahasa Arab, mendongeng Islami adalah langganan diraihnya. Bahkan, sejak MI kelas II MI Nurul Ulum Poncokusumo, Ays Nur sudah juara 1 pidato tingkat Malang.

Ays Nur mengungkapkan, setidaknya sudah lima kali juara lomba pidato diraihnya saat MI. Pernah juga ia juara mendongeng Islami kelas 5 MI. sedangkan, selama jadi siswa MTs tiga kali, 2 tingkat Malang Raya dan 1 juara tingkat Kabupaten. Paling anyar, dalam lomba Khitobah in Action Ma’had MAN 3 se Malang Raya, ia kembali meraih juara 1 Pidato Bahasa Arab.

Bagi Ays, lebih sulit pidato dibanding mendongeng, karena harus hafal materi dan bisa menghayati, sehingga harus latihan berulang-lang. Kalau nerveous, katanya, biasanya langsung jadi lupa, jadi harus pinter improvisasi kata-kata yang masih relevan.

Saat pertama ikut lomba adalah kelas 2 MI. Bakat khitobahnya diajari ayah Muhammad Ali Muji, yang juga guru bahasa Arab di MTs AlIttihad Poncokusumo dan seorang khatib.

“Saya tetap ingin bisa dan berprestasi bidang story telling atau speech contests yang bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya,” pungkas siswi kelahiran 28 Maret 2002 ini. (min)

Sebarkan berita:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *