Musim Penghujan, Waspadai Leptospirosis dan Kecacingan

Musim Penghujan, Waspadai Leptospirosis dan Kecacingan

Datangnya musim hujan memang menjadi berkah setelah mengalami kekeringan atau kemarau panjang. Namun, anda juga sebaiknya mewaspadi bahwa musim hujan juga merupakan faktor risiko untuk terjadinya penyakit.

Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama yang kini menjadi Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan, mengimbau perlunya mengantisipasi penyakit yang biasa muncul pada musim hujan. Menurutnya, beberapa penyakit yang perlu diwaspadai selama musim penghujan adalah:

Penyakit akibat virus seperti influenza dan diare;

Penyakit akibat bakteri dan parasit, terutama pada daerah yang airnya meluap sehingga bakteri dan parasit dari septic tank dan kotoran hewan terangkat dan hanyut mengkontaminasi air, bahan pangan, atau menginfeksi langsung manusia; Penyakit akibat jamur terutama akibat kelembaban; Penyakit tidak menular seperti asma, rhinitis, perburukan penyakit kronik; dan Penyakit demam berdarah.

Tidak hanya flu, diare, dan DBD yang menyerang ketika musim hujan datang, penyakit seperti leptospirosis, cikungunya, kecacingan dan penyakit kulit pun patut diwaspadai. Berikut sebab dan gejala-gejala yang bisa dikenali dari beberapa penyakit tersebut:

1) Leptospirosis
Dengan mulai datangnya musim penghujan saat ini, masyarakat sebaiknnya mewaspadai penyebaran ‘leptospirosis’. Pada saat musim hujan, lebih banyak tikus berkeliaran dan meninggalkan air kencingnya di satu tempat sehingga bisa menularkan bakteri leptospirosa pada manusia, terlebih bila di kulit terdapat luka.

Dikenal juga dengan penyakit kencing tikus, penyakit ini disebabkan oleh bakteri Leptospira sp. yang ditularkan dari hewan ke manusia. Bakteri ini dengan mudah berkembang biak pada lingkungan yang becek, berlumpur, dan kotor. Urine (air kencing) dari individu yang terkena penyakit ini merupakan sumber utama penularan. Saat banjir, air kencing tikus terbawa melalui banjir dan dapat masuk ke tubuh manusia melalui permukaan kulit yang terluka, selaput lendir mata, dan hidung.

Gejala leptospirosis adalah demam tinggi di atas 38 derajat celcius, jika dibiarkan bisa kejang dan mengalami kekakuan otot. Bila tak mendapat penanganan serius, leptospirosis bisa menyebabkan kematian pula.

Untuk mengantisipasi leptospirosis, waspada pula menggunakan barang yang lama tidak digunakan dan tersimpan di gudang, karena bisa jadi barang tersebut sudah terkontaminasi kuman dari tikus yang sudah berpindah tempat.

2) Cikungunya
Penyakit ini sebenarnya sudah ada sejak dulu, namun munculnya marak setiap musim hujan. Penyakit ini disebabkan oleh virus cikungunya, juga ditularkan ke manusia oleh nyamuk Aedes aegypti. Gejalanya demam mendadak, nyeri pada persendian –terutama sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang–, serta ruam (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada kulit.

Gejala lainnya adalah nyeri otot, sakit kepala, menggigil, kemerahan pada selaput mata, pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher, mual, muntah, dan kadang-kadang disertai gatal pada ruam. Demamnya sering rancu dengan penyakit demam dengue, demam berdarah dengue, dan campak. Tetapi, nyeri sendi merupakan gejala yang menonjol.

Jika dalam 2-3 hari setelah diobati belum membaik, segeralah ke dokter atau rumah sakit. Setelah penderita sembuh, rasa nyeri pada sendi masih bisa terasa hingga beberapa minggu atau bulan. Setelah itu, akan hilang dengan sendirinya dan tidak menimbulkan kelumpuhan.

3) Penyakit Kulit
Kutu air adalah ditandai adanya pengelupasan atau kerusakan di bagian sela-sela jari kaki, ditambah rasa nyeri, gatal, berbau, juga panas seperti terbakar. Penyakit ini tidak disebabkan oleh kutu, melainkan infeksi jamur, umumnya jenis Trycophyton, yang banyak ditemukan di lingkungan yang  lembap dan basah. Termasuk, lantai di pusat kebugaran, ruang ganti baju, kolam renang, salon yang menyediakan jasa pedicure, dan sebagainya. Di lingkungan tersebut, jamur dapat menyebar secara langsung dari satu orang ke orang yang lain atau saat melakukan kontak dengan objek-objek yang disebutkan di atas.

Infeksi jamur dapat terjadi di semua bagian tubuh, termasuk lengan, kaki, tangan, area lipatan payudara, selangkangan, dan area tertutup lainnya. Pakaian tidak kering betul alias masih lembap bisa menjadi ‘rumah’ yang sempurna bagi jamur untuk berkembang subur dan kemudian kontak dengan kulit manusia.

Sebagai pengobatan pertama, gunakan salep yang mengandung antijamur miconazole, clotrimazole, atau cetoconazol. Kebanyakan keluhan gatal karena jamur bisa berkurang atau bahkan hilang sama sekali dalam waktu 3-5 hari. Namun, sebaiknya pengobatan dilanjutkan 1-2 minggu sebagai pencegahan agar infeksi jamur tidak datang lagi.

4) Kecacingan
Selain berpotensi menyebabkan penyakit diare, air hujan yang kotor bercampur dengan berbagai kotoran lain juga bisa menyebabkan kecacingan. Jika bakteri dan cacingan sudagh bersarang dalam tubuh, maka dampaknya bisa menyebabkan kekurangan nutrisi penderita akibat nutrisi banyak diserap cacing yang ada di dalam tubuh.

Jangan menganggap enteng cacingan. Ahli kesehatan mengungkapkan, berbagai masalah kesehatan mulai dari lemas hingga risiko kematian bisa mengancam para penderita cacingan. Jenis cacing yang masuk tubuh dan berbahaya contohnya adalah cacing cambuk. Cacing cambuk hidup di mukosa usus besar, dan cacing berukuran 4-5 cm ini mengigit usus dan menghisap darah. Cacing cambuk bisa menyebabkan sakit perut, nafsu makan berkurang dan anemia pada penderitanya.

Selain cacing cambuk, cacing lain yang berbahaya adalah cacing gelang. Cacing gelang bahkan bisa menyebabkan radang pada saluran pernafasan. Cacing perut berukuran paling besar (10-35 cm) ini hidup dan berkembang biak di usus halus, mencuri nutrisi yang masuk ke dalam tubuh. Spesialis Anak Infeksi dan Penyakit Tropis, Dr. Sri Kusumo Amdani, SpA(K) membeberkan, cacing gelang bisa masuk ke alveolus, bronkiolus, bronkus, hingga tenggorokan. Penderita bisa mengalami batuk-batuk dan radang pernafasan.

Dikatakan, cacing-cacing yang bisa bertelur ribuan hingga puluhan ribu butir per harinya itu jika semakin banyak dibiarkan akan memenuhi usus dan memunculkan risiko usus pecah. Kondisi inilah yang berakhir dengan kematian. (diolah/dari berbagai sumber)

Sebarkan berita:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *