MALANG – Kursus singkat jurnalistik diikuti puluhan guru dari MGMP Bahasa Indonesia SMP, di Aula Kantor PGRI Kabupaten Malang, Selasa (14/2/2023). Harapannya, bisa melahirkan komunitas jurnalis pelajar di tiap-tiap sekolah.
“Pelatihan jurnalistik ini menjadi wacana alternatif baru. Harapannya, nanti akan kita galakkan agar tumbuh jurnalis-jurnalis di sekolah, dan menjadi komunitas jurnalis pelajar setidaknya di masing-masing sekolahnya,” kata Ketua MGMP Bahasa Indonesia SMP Kabupaten Malang, Agus Winarno, Selasa (14/2) siang.
Ia tidak memungkiri, bahwa jurnalistik saat ini menjadi kebutuhan di lingkup sekolah.
“Jadi, tampaknya sudah menjadi kebutuhan dimana-mana, anak-anak perlu diajari jurnalistik. Dan, bisa meliput sendiri kegiatan di sekolah menjadi sebuah kebanggaan,” ungkapnya.
Dalam kursus singkat ini, pihak MGMP Bahasa Indonesia SMP sendiri memulai dari gurunya, supaya bisa memahami betul menulis berita yang baik dan menarik.
Narasumber yang diminta memberikan materi pelatihan adalah praktisi jurnalistik, yang berpengalaman sehari-hari bekerja di media. Yakni, Choirul Amin, Wartawan Muda tersertifikasi, yang sudah berpengalaman.
Soal kemampuan jurnalistik peserta didik sendiri, menurut Gus Win, bisa diasah dengan pendampingan dan kesempatan yang semestinya.
“(Jurnalistik) di sekolah itu, sebenarnya tinggal diupayakan untuk memberikan kesempatan anak-anak, memberi arahan dan semangat (menulis berita). Karena, dengan alat yang sederhana sudah bisa,” ungkap Agus Winarno.
Pun demikian, lanjutnya, contoh-contoh tulisan berita juga sudah bisa dengan mudah didapatkan, termasuk dari tutorial YouTube.
Dalam materinya, pemateri lebih banyak menekankan perbedaan tulisan berita sederhana, dibandingkan jenis tulisan lainnya. Tema yang diangkat cukup sederhana, yakni ‘Penulisan Berita, Faktual dan Tepercaya.’
“Prinsip tulisan berita itu harus sesua fakta, berimbang, dan bisa dipertanggungjawabkan. Jika berita itu memuat informasi palsu (hoaks), atau menghasut serta menimbulkan kegaduhan dan kerugian orang lain, maka bisa melanggar Kode Etik Jurnalistik,” jelas Choirul Amin.
Ditambahkan, untuk bisa menulis berita dalam berbagai jenis tulisan, tidak harus menjadi wartawan seperti dirinya. Karena, ada juga wartawan lepas (freelance), kontributor, ataupun content writer untuk media massa.
“Yang penting, apa yang ditulis sesuai fakta sebenarnya, bukan informasi palsu, apalagi bisa memicu ujaran kebencian dan lainnya. Sangat berbeda tulisan berita jurnalistik, dengan tulisan biasa yang asal dibuat dan diunggah di medsos misalnya,” kata pria yang juga punya banyak akun penulis atau kontributor berbagai portal media online ini. [*]