Melihat Terobosan Kerja Mendikbud Muhadjir Effendy, Ada Gamang dibalik Bayang-bayang Lama?

Sebuah 'Surat Cinta' kepada Mendikbud

inspirasicendekia.com – Penunjukan Profesor Muhajir Effendy sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) menggantikan Anies Baswedan memang masih seumur jagung, belum genap sepekan. Mendikbud Muhajir menempati posisi sebagai pembantu Presiden RI Joko Widodo ini adalah pada Reshuffle Kabinet Jilid II atau tepatnya saat Tahun Anggaran 2016 memasuki semester kedua.

Tentunya, bekerja di tengah tahun anggaran ketika program dan kebijakan kementerian yang sebelumnya sudah disahkan dan dijalankan, Mendikbud Prof Muhajir harus pandai-pandai melakukan penyesuaian, melanjutkan apa yang sudah dianggap baik, atau sebaliknya, membuat program baru yang dinilai lebih tepat dan sesuai dengan kebutuhan paling mutakhir.

Dalam konteks menjadi menteri pengganti di tengah jalan, tentunya tidak mudah. Memutus mata rantai begitu saja kebijakan yang sudah ada, apalagi yang masih mentah evaluasinya, bisa jadi kontraproduktif jika program dan kebijakan baru yang menggantikan tidak lebih baik atau kurang tepat. Sementara, dibutuhkan perencanaan dan analisis cermat untuk membuat kebijakan baru, karena tentunya Mendikbud dihadapkan dengan paruh waktu tahun anggaran yang berjalan. Apalagi, jika Menteri baru dihadapkan pada ekspektasi yang besar, massif, bahkan reaktif dan aji mumpung, karena memang harapan itu tidak terakomodir sebelumnya.

Belum lagi, Mendikbud baru juga pastinya akan diselimuti bayang-bayang warisan pendahulu, yang dalam beberapa aspek memuaskan atau, mungkin sebaliknya, mengecewakan. Nyatanya, ekspose media dan sosmed tentang mantan Mendikbud Anies juga masih kencang. Tengok saja, ekspose yang mempertontonkan Anies Baswedan yang terkesan begitu merakyat, dekat dengan keluarga. Hingga pernah muncul pemberitaan bagaimana seorang mantan Mendikbud harus ngojek mengantarkan salah seorang puteranya ke sekolah.

Tak nampak euforia berlebihan memang dimunculkan dari Mendikbud terkini, Prof Muhajir pasca ditunjuk Presiden Jokowi. Namun, terkesan ada ‘kekagetan’ pada apa yang sudah dilakukan Mendikbud Muhajir beberapa hari terakhir. Bukan tidak mungkin, Muhadjir akan selalu diselimuti gamang apakah setiap kebijakannya lebih baik atau justru sebaliknya?

Di luar perkiraan publik, Mendikbud Muhajir sudah dua kali melakukan aksi simpatik dengan memberikan apresiasi kepada dua orang. Pertama, kepada orang tua mendidik siswa hingga mampu hafidz (hafal) Al-Qur’an, dan kedua, kepada dua pasangan orang tua, yang dianggap telah berjasa mendukung pendidikan lima anaknya hingga kuliah, meski kondisi perekonomian keluarga mereka pas-pasan.

Kebijakan populis serupa apalagi yang akan dilakukan Mendikbud Muhajir? Tentunya, publik berharap itu bukan semata karena masih ‘terkaget-kaget’ karena menjadi pejabat baru. Pun, apa yang dilakukan Mendikbud bukan terjebak kooptasi bayang-bayang menteri lama yang bisa membayanginya. Apalagi, Mendikbud terjebak pada ‘kebiasaan’ banyak pejabat pendahulu yang terlalu sibuk mencitrakan diri di awal hingga masa akhir kekuasaannya.

Dalam penuturannya seperti ditulis di pwmu.co.id, Mendikbud Prof Muhadjir nyata-nyata menegaskan jabatan menteri yang diberikannya bukan dari meminta atau cari muka. Ia mengatakan, Presiden Jokowi menunjuknya karena menilai Muhadjir sosok eksekutor yang mengerti permasalah pendidikan.

Akan tetapi, kegamangan membuat kebijakan frontal sepertinya masih tampak. Alih-alih tak ingin blunder soal kurikulum, Mendikbud Muhadjir memastikan tidak ada perubahan atau kurikulum baru. Hanya, ‘terobosan’ frontal Muhadjir bukan tidak mungkin memunculkan polemik baru, yakni membuat kebijakan fullday school, meminta siswa belajar seharian di sekolah.

Tentunya, masih terlalu dini menilai kinerja Mendikbud baru. Kita tunggu saja, agenda-agenda dan terobosan barunya. Wallahu a’lam bisshawab!

Sebarkan berita:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *