Inspirasicendekia.com, MALANG – Banyak aspek perlu dilihat dalam melihat bagaimana hasil dan layanan pendidikan didapatkan. Pendidikan bermutu atau tidak, sangat dipengaruhi beberapa variabel penyebabnya.
Menurut Ketua PGRI Kabupaten Malang Dwi Sucipto, soal kualitas pendidikan tidaklah fair kalau hanya dilihat dari hasil UN. Karena, katanya, kemampuan dan keberhasilan anak didik bisa juga diiukur dari keterampilan skill yang dikuasainya dari pembinaan dan pembelajaran di sekolah.
“Input dan kemampuan siswa tiap tahun tidak sama, jadi wajar kalau hasil belajarnya juga tidak sama tiap tahunnya. Pada aspek guru, bisa banyak faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas (pelayanan pembelajaran,” imbuh pria yang juga pengawas SD UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Poncokusumo ini, Rabu (8/11) siang.
Bagaimana kepuasan dan psikologi guru saat mengajar, kata Dwi, merupakan salah satu variabelnya.
“Apakah guru enjoy saat mengajar? Tidak memikir besaran gaji yang diterima atau kebijakan moratorium pengangkatan CPNS?,” tanyanya.
Karena itu, menurut dalam melihat terjadinya penurunan mutu pendidikan berdasarkan hasil UN setahun terakhir, perlu dianalisis dengan tepat dan disikapi dengan bijak penyebab sekaligus pemecahannya.
Dwi Sucipto menegaskan, honor yang diterima GTT atau honorer antara Rp 300-400 per bulan tentunya jauh dari cukup. Belum lagi, lanjutnya, sesuai ketentuan Permendikbud 8 Tahun 2017 yang menegaskan dana BOS untuk guru diperbolehkan hanya 15 persen.
“PGRI berharap honor GTT diperbaiki setidaknya Rp 1,2 juta perbulan. Permen 08/2017 tentang dana BOS bagi guru honorer kami minta ditinjau kembali, jangan hanya15 persen,” tegas Dwi.
Dasar tuntutan ini, lanjutnya, adalah
PP Nomor 19/2017 tentang perlindungan guru, dimana profesi guru dilindungi salah satunya dari imbal jasa yang diterimanya. [min]