Alat Buatan Mahasiswa UMM-Singapura Ini Bisa Olah Ampas Jamu

Alat Buatan Mahasiswa UMM-Singapura Ini Bisa Olah Ampas Jamu

Inspirasicendekia.com, MALANG – Jamu tradisional atau usaha kecil home industry lain yang biasanya diproduksi seadanya, bisa memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. Nilai lebih ini setelah saat memproduksinya menggunakan alat pemeras yang bahkan bisa mengolah sisa ampasnya.

Prototipe alat pemeras jamu untuk produksi jamu tradisional ini seperti yang dikenalkan 31 mahasiswa Singapore Polytechnic (SP) dan  34 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) belum lama ini. Kolaborasi mahasiswa UMM dan Singapore Polytechnic berhasil membuat tiga prototipe yang dapat membantu produksi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan diterapkan di Desa Temas, Kota Batu, Jawa Timur.

Dalam keterangan persnya, Asisten Rektor UMM Bidang Kerjasama, Soeparto mengungkapkan, sejumlaj 65 mahasiswa gabungan dari SP dan UMM telah berhasil membuat tiga prototipe alat untuk dapat membantu produksi UMKM di Desa Temas ini. Produksi yang dimaksud yaitu produksi bawang goreng, jamu tradisional, dan pisang.

“Prototipe alat pemeras jamu agar proses pembuatan jamu lebih cepat dan higienis. Sementara ampas sisa perasan jamu diolah menjadi permen dan beberapa produk yang punya nilai ekonomi tinggi,” katanya.

Alat Buatan Mahasiswa UMM-Singapura Ini Bisa Olah Ampas JamuBagi penjual pisang, lanjutnya, mahasiswa membuat prototipe tempat menjual pisang yang dimodifikasi secara mekanik pada terpal yang digunakan untuk menghindarkan pisang dari panas dan hujan. Selain itu, juga dibuat prototipe meja yang bisa berputar agar proses pemberian karbit lebih cepat dan mudah.

Dikatakan, tiga prototipe itu dirancang kolaborasi 65 mahasiswa SP-UMM selama sepekan, yaitu 12-19 September 2017 melalui program Learning Express (LEx). Hasilnya, prototipe berupa teknologi tepat guna itu dipamerakan di Aula Perpustakaan UMM, Selasa (19/9) yang turut dihadiri perwakilan dari Desa Temas.

Semula, 65 mahasiswa itu dibagi tiga kelompok secara acak. Setelah itu mereka diharuskan meriset secara detil agar bisa menemukan inti permasalahan. Dari produksi bawang goreng misalnya, peserta berhasil memodifikasi sebuah meja untuk mengatasi bawang merah yang berjatuhan saat dipotong-potong. Dengan meja itu, pemotongan bawang merah juga menjadi lebih cepat dan higienis.

Soeparto menegaskan bahwa program ini ke depan tidak akan berhenti di kegiatan LEx ini.

“Harapannya, prototipe yang sudah diusulkan peserta akan dikembangkan di Singapore dan Jepang serta diuji oleh dosen secara ilmiah. Untuk peserta juga diharapkan menindaklanjuti kegiatan ini langsung ke desa,” kata Soeparto.

Jarren Toh Jing Jie, salah satu peserta LEx yang merupakan mahasiswa jurusan Teknik Penerbangan Singapore Polytechnic, mengaku sangat senang dengan adanya kegiatan ini. Ia juga merasa mendapatkan banyak pengalaman yang tidak akan ia dapatkan di kampusnya.

Kesan positif juga didapat oleh warga Desa Temas. Saudi, salah satu warga Temas, mengungkapkan kegiatan ini sangat bermanfaat bagi kami para pemilik UMKM. Selain dibantu dalam permasalahan produksi, ia juga diberikan strategi-strategi pemasaran untuk UMKM kami terutama untuk pisang, bawang goreng dan jamu tradisional. [hms/min]

Sebarkan berita:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *