Inspirasicendekia.com, TIDAK banyak pendidik yang bisa intens bergiat dan mengembangkan wawasan dan kemampuan literasi di tengah kesibukannya mengajar. Terlebih, pendidik dengan status tidak tetap alias honorer yang banyak keterbatasan dalam mengembangkan kompetensi dan profesionalitasnya.
Namun, tidak demikian halnya pada Moh. Ahsan Shohifur Rizal MPd, guru Bahasa Indonesia SMAN 1 Kepanjen. Banyak yang bisa diteladani dari guru honorer kelahiran 2 Mei 1991 ini. Dalam usianya yang masih sangat muda, banyak pengalaman terbaik dan prestasi membanggakan bahkan melampaui jam terbangnya yang mengajar belum genap empat tahun ini.
Ya, Moh. Ahsan termasuk GTT yang cukup beruntung dan tak biasa akademiknya. Saat menempuh kuliah S1, ia menyelesaikan hanya dalam waktu 3 tahun 2 bulan, sehingga kuliahnya ditempuh hanya 7 Semester. Setelah itu, pada 2012 Ahsan menjadi dosen luar biasa di kampus UMM selama 1 tahun. Pada tahun yang sama, ia melanjutkan studi S2 di Universitas Negeri Malang.
“Selama menjadi guru memang saya mengalami banyak kejutan dan keberuntungan. Mengajar di SMAN 1 Kepanjen pada tahun 2014, ketika masih kuliah S2 Semester 3. Pada tahun ini kembali diterima program S3 di UM,” kata M. Ahsan, Senin (16/10).
Menjalani kuliah program doktoral ini diakuinya dengan bermodalkan nekat. Ini karena program beasiswa pascasarjana dari pemerintah tidak ada bagi GTT seperti dirinya. Namun, bagi Ahsan yang penting bisa terus belajar lebih tinggi, entah nantinya bisa membayar biaya kuliah hingga selesai atau tidak.
Sibuk kuliah S3 dan juga mengajar di sekolah dengan beban mengajar 16 jam pelajaran tatap muka tidak menjadi halangan baginya untuk bergiat di bidang literasi. Membimbing anak-anak klub menulis Sasindo yang didirikannya tetap dilakoni demi mengasah ilmu mereka. Klub Sasindo yang dibimbingnya banyak mencetak penulis pemula fiksi seperti cerpen, puisi dan novel.
“Alhamdulillah saya bisa menjalani meskipun dengan padatnya jadwal aktivitas. Saya ingin anak Sasindo terus berkarya. Terlebih, sudah waktunya terbit buku mereka sebagai karya ke-17,” ungkapnya.
Selain itu, lanjut Ahsan, anak-anak Sasindo baik yang sudah alumni ataupun anggota aktif, semuanya sudah mendapatkan sertifikat penghargaan atas karyanya dari berbagai lomba baik tingkat nasional, provinsi maupun kabupaten.
Sebagai pegiat literasi, hari-hari Ahsan diakuinya banyak juga digunakan untuk menulis artikel untuk refleksi kegiatan mengajar. Dengan kemampuan yang dimiliki, ia pun banyak menguasai penyusunan kurikulum, media pembelajaran juga kegiatan terkait GLS (Gerakan Literasi Sekolah). Tak terkecuali, mengembangkan e-journal dengan menerapkan literasi digital dan open resource untuk pembelajaran virtual.
Hingga, M. Ahsan pernah diminta oleh PUSTEKKOM Kemdikbud RI pada tahun 2016 menjadi pemateri pada kegiatan nasional Kuis Ki Hajar yang dilangsungkan di TMII Jakarta. Dalam kesempatan ini, betapa senangnya ia sebagai seorang GTT karena memiliki pengalaman luar biasa bisa satu forum dengan pemateri hebat dari MUI, Kemenlu, Kemdikbud dan beberapa pemateri lain.
Menjadi fasilitator kegiatan seminar di lingkup pendidikan di bawah Kementerian Agama bagi guru-guru SD/MI juga tak jarang dilakukannya. Yang disampaikannya adalah terkait kurikulum, media pembelajaran dan penerapan program GLS. [min]
Vote M. Ahsan Shohifur Rizal menjadi guru inspiratif.
[socialpoll id=”2464702″]