Agar Informasi Kebijakan Tak Terputus, Staf Ahli: Perkuat Jejaring Media Pendidikan

Inspirasi Cendekia, MALANG – Informasi tentang kebijakan pemerintah dan menyangkut kepentingan orang banyak atau masyarakat kerapkali tidak utuh atau bahkan timpang ketika sampai ke publik. Terlebih, jika informasi ini tidak tersampaikan secara semestinya atau kurang meluas.

Alasan ini lah yang mengapa pihak pemerintah perlu melakukan penguatan jejaring media. Tak terkecuali, yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) RI melalui Workshop Penguatan Jejaring Pegiat Media yang berlangsung di Ruang Sidang Senat UMM, Senin (30/10).

“Workshop semacam ini untuk mendukung komunikasi publik kebijakan dan program-program Kemendikbud. Dengan menggandeng dan memperkuat jejaring media sosial, informasi terkait pendidikan bisa utuh sampai dan tidak terputus kepada masyarakat,” terang Nasrullah MSi, Staf Ahli Mendikbud bidang Komunikasi Publik, Senin (30/10) siang.

Dalam acara workshop ini, pihaknya sengaja menghadirkan para pekerja media yang bergiat di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) maupun di persyarikatan Muhammadiyah serta pelaku media sosial berkonsolidasi memperkuat literasi digital. Harapannya, para pegiat media sosial dan netizen juga bisa menyampaikan berbagai informasi penting dan tidak palsu (hoax) sehingga meresahkan masyarakat.

Nasrullah juga banyak menyinggung peran kehumasan atau public relation di institusi pendidikan. Sebagai PR, katanya, penting halnya untuk menyeragamkan suara atau pernyataan. Khususnya terkait berbagai berita yang keluar dari institusi ke pihak eksternal.

“Kalau kita mengeluarkan data, semua harus kompak. Ini bentuk pertangggungjawaban kita pada publik. Sekarang ada jurnalisme baru yakni quick checker. Para pesaing kita akan mengecek itu, jadi jangan sampai salah menyampaikan data,” tambahnya.

Agar Informasi Kebijakan Tak Terputus, Staf Ahli: Perkuat Jejaring Media PendidikanNasrullah juga memaparkan pesan komunikasi publik Mendikbud Muhajir Efendy. Diantaranya, bahwa kebijakan secara internal dikonsolidasikan, kepada eksternal diekspansikan untuk memperoleh dukungan dan partisipasi publik. Namun demikian, hanya 80% informasi yang bisa dikeluarkan untuk publik, sisanya 20% tetap untuk deposit internal.

“Karena itu pula, sekitar 80 persen kegiatan PR adalah working with media, dan harus banyak menulis. Seorang PR diantaranya harus kompeten, well-educated, juga well managed,” tegasnya.

Selain memastikan akurasi data, Nasrullah juga menyampaikan pentingnya membina hubungan baik dengan media, baik secara personal, institutional maupun bisnis.

Workshop ini juga menghadirkan penulis dan konsultan media kreatif Fahd Pahdepie. Sebagai pembicara kunci sekaligus membuka acara, adalah Wakil Rektor I UMM Prof Dr Syamsul Arifin MSi. [min]

Sebarkan berita:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *