Inspirasicendekia.com, Ngantang – Anak-anak yang tinggal di wilayah pinggiran jauh dari akses informasi dan pengetahuan. Jika tidak ada fasilitas yang bisa memenuhi kebutuhan membacanya, bukan tidak mungkin wawasan mereka akan tertinggal. Tanpa banyak membaca, anak pinggiran ini bisa menjadi generasi masa depan yang kurang melek aksara atau bahkan aliterasi.
Kekhawatiran ini lah yang juga mengusik Apridhona Tito Minayugie, guru honorer SDN Pandansari 02 Ngantang. Prihatin dengan kebutuhan baca anak-anak di kampungnya, ia pun berinisiatif mendirikan rumah baca. Namanya Rumah Baca Riang Gembira (Rumba Rimba) yang didirikan di Desa Banturejo kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang.
Motivasi awal guru muda ini karena ia ingin menjadi inspirasi bagi orang lain dan mendukung Gerakan Literasi di desa terpencil tempat tinggalnya. Apalagi, di desanya fasilitas seperti perpustakaan atau rumah baca tidak ada, sementara minat baca anak-anak setempat cukup tinggi. Hampir tiap hari, keberadaan rumah baca ini pun kerap menjadi jujugan anak-anak kampung setempat untuk memenuhi minat bacanya.
Didirikan dua tahun silam, keberadaan Rumah Baca Riang Gembira (Rumba Rimba) cukup memberi bahan pengetahuan dan wawasan anak-anak dan remaja kampung setempat dengan buku-buku di luar pelajaran sekolah mereka. Menurut Dhona, Rumba Rimba dibuat semata karena ingin membuat melek literasi mereka bertambah.
Dikatakan, awal ide membuat Rumba Rimba ini sangat menarik. Saking cintanya pada buku, Dhona merasa eman jika buku-buku bekas pelajaran SD, SMP, SMA, dan beberapa buku kuliah dibuang atau di jual kiloan begitu saja. Akhirnya, ia meminta dibuatkan rak yang cukup sederhana untuk menyimpan buku-buku bekas ini di kamarnya.
“Selanjutnya kepikiran untuk apa punya beberapa buku kalau hanya disimpan saja di kamar. Kenapa tidak untuk dibaca siapapun yang main ke sini,” kenangnya.
Apalagi, ia melihat anak-anak di kampungnya memiliki minat baca tinggi, tetapi fasilitas tidak ada. Kebetulan, ia juga memberi les privat mulai SMA sampai sekarang. Sehingga, ia pun tahu persis anak-anak didiknya juga butuh buku-buku bacaan penunjang.
“Anak-anak awalnya suka minta diajari PR dan pelajaran sekolah yang masih belum dimengerti. Setelah itu baru mereka membaca-baca buku, seperti Ensiklopedia dan buku pelajaran SD,” kata Dhona kepada Malang Ekapres, kemarin (29/11).
Meski sudah dua tahun, lanjutnya, buku cerita dan fiksi yang dimiliki Rumba Rimba masih sangat terbatas jumlahnya. Karena cuma sedikit itu, ia mengaku harus sering membacakan cerita buat mereka layaknya sedang mendongeng.
Tak cukup itu, begitu sadar akan pentingnya literasi atau melek wawasan, Dhona pun kerap mencari relawan yang mau sama-sama mengajak anak agar suka membaca meski hal ini juga sulit dilakukan. Namun, lulusan PGSD Univeraitas Terbuka ini tetap tak patah arang. Rencananya, tiap hari Jumat ia bersama teman relawan yang mau mendatangi masjid dekat rumahnya, yang selama ini biasa dibuat mengaji juga.
Karena koleksi buku yang kurang, Dhona pun berharap ada buku-buku yang bisa disumbangkan siapa pun.
Ia juga memimpikan semakin banyak rumah baca, sudut baca di wilayah kecamatan Ngantang. Kerena, menurutnya gerakan literasi tidak terbatas di lingkungan sekolah, melainkan bisa Choirul Amin