inspirasicendekia.com, MALANG – Kreasi disain baju pelajar SMKN 1 Turen Kabupaten Malang mendapatkan apresiasi. Baju bermotif urban wear dengan kearifan lokal batik menjadi karya terbaik pada sebuah lomba akhir pekan lalu.
Penghargaan disain baju siswi SMKN 1 Turen ini dapat dari ajang lomba Kids Wear Fashion Designers Competition 2020. Lomba disain busana sendiri digelar dalam rangka 7th Anniversary Wtama Kids Club Malang.
Tercatat, empat juara diborong sekaligus siswi yang kesemuanya dari program keahlian Tata Busa SMKN 1 Turen. Yakni, juara 1 diraih Natasha Alfia Putri, dan juara 3 diraih Novia Dwi Pragista. Selain itu, dua siswa juga mendapatkan juara harapan, yakni Aulan Nisa (Harapan 2) dan Roihatul Jannah (Harapan 3).
Baju anak hasil disain kreatif Natasha Alfian dan teman-temannya ini sempat ditampilkan dalam acara grand parade show di Hotel Santika Premier Malang ada 25 Januari 2020 lalu.
Ketua prodi Tata Busana SMKN 1 Turen, Eva Maria Yuli Astuti, SPd mengungkapkan, lomba diawali dengan pengiriman gambar disain model baju anak. Hasilnya, terseleksi 20 besar yang bisa berlanjut tahap berikutnya, sampai baju jadi dan fitting model.
“Jenis baju bebas, dan diukur langsung untuk model anak dari pihak penyelenggara. Saat fitting, ada perbaikan sedikit saja. Baju sesuai disain bisa diselesaikan lebih cepat, sekitar tiga hari saja,” beber Eva Maria di SMKN 1 Turen, Senin (27/1) siang.
Dikatakan, sejumlah kriteria diberikan saat penjurian lomba. Diantaranya, baju harus menggunakan kain batik (minimal 70 persen), kreativitas, total look, dan teknik jahitan.
“Tetap harus ada kreativitas dalam mengkreasi motif. Termasuk, detil asesoris pada disain. Terlebih, temanya urban style, ready to wear. Teknik jahitan juga dinilai saat baju didisplay setelah di parade-kan,” imbuh Eva Maria.
Dengan konsep ready to wear, lanjutnya, maka disain dan motif baju yang sudah dibuat bisa diproduksi kebih luas, karena bisa dipakai keseharian dalam segala situasi.
Sementara, Natasha Alfia Putri, peraih juara 1 lomba desainer ini mengaku, harus melakukan penyesuaian dari disain awal.
“Ya, lebih banyak merubah kombinasi corak dan warna menyesuaikan motif kain batik. Paling sulit penempatan motif, ukuran besar dan kecilnya,” kata lulusan SMPN 1 Wajak.
Bagi Natasha dan Novia Dwi P, memadukan unsur motif batik flora dan fauna pada disain baju anak cukup sulit, karena memang belum pernah dicobanya. Meski begitu, keduanya mengaku sudah banyak praktik membuat baju jenis daster, blus, hingga tunik.
Dikatakan, sebagai siswi Tata Busana, kompetensi yang harus dikuasainya juga busana anak, baju rumahan, rok, kemeja, dan rompi. Keahlian mereka juga diperkuat dengan kemampuan payet membatik, sulam, bordir.
Natasha dan Novia juga menyatakan, menjadi lebih termotivasi berkarya dan berkreasi lagi. Terlebih untuk menjadi disainer busana, maka harus memiliki konsep dan kreativitas lebih kuat. [min]