Inspirasicendekia.com, MALANG – Langkah terobosan dilakukan Kementerian Pendidikan da Kebudayaan (Kemdikbud) RI dalam pembangunan sumberdaya manusia. Program berbasis kebutuhan bakal semakin diperkuat untuk pendidikan kejuruan (SMK).
“Terkhusus pengembangan pendidikan di SMK, tahun ini kita geser, tidak lagi supply based, banyak memasok lulusan. Tetapi, demand based (berbasis kebutuhan),” kata Mendikbud Prof Muhajir Efendy, usai peresmian gedung Laboratorium Seni Budaya di SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen, Kabupaten Malang, Senin (4/2) siang.
Apa itu demand based untuk SMK? Menurut Mendikbud, pengembangan SMK berbasis demand ini lebih pada aspek pengembangan kurikulum yang harus dirancang bersama SMK dan dunia industri.
“Partner industri dan dunia usaha harus datang ke SMK-SMK ikut merancang kurikulum agar sesuai dengan kebutuhannya. Sehingga, tidak terjadi lagi lulusan SMK yang tidak terserap kerja karena tidak cocok (kompetensinya,” ungkap Mendikbud.
Dengan orientasi demand ini, industri dan dunia usaha juga ikut menguji siswa SMK. Termasuk, menyediakan lapangan kerja dan praktik magang kerja bagi siswa. Sehingga, lanjut Muhajir, mulai tahun ini 60 persen pembelajaran di SMK dimanfaatkan praktik kerja industri, 40 persen sisanya (pembelajaran) di sekolah.
Mendikbud Muhajir juga menambahkan, pembangunan SDM di Indonesia harus berpotensi banyak menghasilkan tenaga kerja produktif.
“Bonus demografi di Indonesia hingga 2036 mendatang akan banyak usia produktif. Nah, usia produktif ini akan diperkuat keahliannya di SMK-SMK. Dan, diharapkan akan memiliki pekerjaan produktif juga,” kata mantan Rektor UMM dua periode ini.
Mendikbud menegaskan, dua tahun terakhir telah dilaksanakan program Revitalisasi SMK-SMK. Program ini memperkuat proses dan output di SMK dalam aspek kompetensi dengan melibatkan langsung dunia industri untuk pengembangan vokasi. Selain itu, pendidikan SMA/SMK mulai diperkuat terutama aspek teknologi pembelajarannya. [min]