Inspirasicendekia.com, MALANG – Ratusan anak berseragam pramuka tampak berjajar saat apel jambore di lapangan Desa Jatiguwi, Sumberpucung, Kabupaten Malang, Sabtu (21/9/2019) sore. Suara sang pemimpin upacara tak begitu lantang setiap memberi aba-aba semua peserta upacara.
Secara bergantian, petugas upacara jambore pramuka ini menjalankan tugasnya masing-masing. Selama beberapa menit, rangkaian upacara inipun berjalan seperti umumnya hingga akhir.
Upacara ini adalah apel pembukaan Jambore Pendidikan Karakter Pendidikan Layanan Khusus (KLK) se Kabupaten Malang. Jambore ini kemah tak biasa, karena diikuti peserta penyandang difabel atau anak berkebutuhan khusus (ABK).

“Jambore PK-PLK dengan peserta pramuka difabel ini, diikuti sekitar 150 peserta dari 13 lembaga pendidikan layanan khusus atau SLB (Sekolah Luar Biasa) se Kabupaten Malang,” kata koordinator pelaksana Jambore PK-KLK, Prodi Tri Mahendra, di lokasi kemah, Sabtu (21/9) sore.
Dikatakan, dengan mengajak kemah dalam jambore ini, anak difabel lebih dikenalkan kegiatan pramuka, terutama yang sebelumnya tidak pernah ikut.
“Tujuan kegiatan jambore semacam ini juga memperkenalkan pada masyarakat bahwa ABK juga mampu menunjukkan kemampuan dalam keterbatasannya. Sehingga, bisa muncul pemahaman bahwa anak difabel juga perlu ruang dan kesempatan menunjukkan pada orang lain, bahwa mereka juga bisa,” ungkapnya.
Selama kemah ini, peserta difabel diajak mengikuti setidaknya tiga kegiatan, seperti lintas medan, permainan, dan mengenal sandi atau morse. Dalam kegiatan, lanjutnya, diharapkan terjadi komunikasi dan kerja sama saling membantu antarpeserta.

“Karakter kemandirian akan banyak coba dibiasakan selama kemah. Seperti, bagaimana peserta tuna grahita yang memang mengalami keterlambatan kronologis tetap bisa mandiri. Juga, peserta yang lebih besar peduli dan saling membantu adik-adiknya,” beber guru SLB PGRI 1 Sumberpucung ini.
Pembukaan jambore ini juga dimeriahkan penampilan penari yang juga anak difabel, Anggita Elsida, siswi SLB PGRI 1. Hebatnya, meski menyandang tuna rungu, ia membawakan tarian ‘Tirto Bedoyo Baswara’ sesuai pakemnya, menyesuaikan setiap gerakan dengan musik pengiringnya.
Juga ditampilkan dua kali aksi menyanyi solo oleh Nevandra Geofani. Dengan suara merdunya, penyandang tuna netra ini meyanyikan dua lagu berjudul ‘Ibu’ karya Iwan Fals dan ‘Tanah Air Indonesia Pusaka’. [amn]