Ivayanti Maysarah, Lima Tahun Antarkan Juara LKS SMK Nasional

Inspirasicendekia.com, KABUPATEN Malang memiliki sekolah kejuruan (SMK) yang memiliki ikon prestasi juara Lomba Kompetensi Siswa (LKS) SMK, khususnya bidang industrial control. SMK Muhammadiyah 1 Kepanjen Kabupaten Malang dikenal merajai LKS SMK bidang lomba ini hingga tingkat nasional.

Tercatat, siswa SMK Muhammadiyah 1 Kepanjen selalu menjuarai bidang lomba industrial control. Sejak 2013, juara LKS SMK diraih lima tahun terakhir berturut turut dan lolos dan juara tingkat nasional.

Ivayanti Maysarah ST, guru produktif Teknologi Otomasi Industri (TOI), menjadi guru utama di balik sukses juara LKS SMK ini. Selama kurun waktu lima tahun terakhir itu, guru muda ini selalu terlibat membimbing siswa SMK Muhammadiyah 1 yang menjadi peserta terbaik bidang lomba LKS SMK ini.

Sebagai guru pembimbing, menemani siswa praktik latihan berjam-jam di bengkel sudah kewajiban dan hal biasa. Namun, bagi Ivayanti ada banyak hal yang lebih menantang dan memotivasinya untuk berbuat demi anak didiknya.

Menurutnya, siswa sekolah swasta seperti di SMK Muhammadiyah 1 Kepanjen mayoritas masuk tanpa ada filter akademik, berbeda dengan sekolah negeri yang sudah ada penjaringan selektif melalui nilai SKHUN. Selain itu, lanjutnya, latar belakang siswa-siswi yang dibimbingnya, khususnya yang ikut LKS SMK bukanlah anak yang hebat dan beruntung.

“Rata-rata mereka berasal dari keluarga kurang mampu, juga bukan termasuk anak yang sangat pintar.
Atas dasar itu, saya berkeinginan membina anak-anak agar lebih produktif, karena saya yakin LKS bisa jadi batu loncatan untuk masa depan mereka agar lebih baik,” ungkap Ivayanti.

Karuan saja, dari prestasi juara yang dihasilkan kerapkali ia mendapati hal luar biasa pada orang tua anak didiknya. Mereka yang semula menganggap anaknya biasa-biasa saja, tampak seakan tidak percaya dan kadang menangis haru atas setelah tau anaknya bisa berprestasi dan membanggakan semua.

Bahkan, Ivayanti menjadikan apa yang diberikannya selama praktikum menjadi alternatif bermakna, khususnya bagi siswa yang kebetulan berasal dari keluarga yang tidak utuh alias broken home.

“Motivasi saya juga bagaimana membentuk anak skolah ini yang berasal dari keluarga broken agar tidak rentan terkontaminasi hal-hal negatif di luar sekolah,” tegasnya.

Karena itu, lanjutnya, ia mempunyai program lebih mengaktifkan anak didik di bengkel untuk latihan daripada terbiasa nongkrong di warung kopi atau tempat lain yang tidak jelas dan tak ada manfaatnya.

“Saya berharap bisa bermanfaat buat anak didik. Mendapati mereka yang awalnya pesimis masuk di jurusan TOI dan akhirnya lulus dengan bangga karena prestasi menjadi tantangan tersendiri bagi saya,” pungkas perempuan yang juga kepala program TOI SMK Muhammadiyah 1 ini. [min]

Sebarkan berita:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *